Namun, inovasi terus berkembang, seperti munculnya komposter vertikal yang dapat ditempatkan di ruang yang terbatas. Tantangan lain adalah bau tidak sedap yang seringkali diasosiasikan dengan proses pengomposan.Â
Bau ini dapat diatasi dengan mengatur rasio bahan karbon dan nitrogen, menjaga kelembaban, dan melakukan aerasi secara teratur.
Di samping itu, kontaminasi bahan organik dengan bahan berbahaya seperti plastik atau bahan kimia juga dapat menghambat proses pengomposan dan menghasilkan kompos yang tidak berkualitas.Â
Oleh karena itu, penting untuk memilah sampah organik dengan benar sebelum dikomposkan. Namun, terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, manfaat dari pembuatan kompos sangatlah besar.Â
Kompos dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air, dan menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.Â
Selain itu, kompos juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik di tempat pembuangan sampah.
Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat terhadap kompos semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya komunitas dan kelompok yang mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan, termasuk pembuatan kompos.Â
Pemerintah juga mulai memberikan perhatian pada pentingnya pengelolaan sampah organik dan mendorong masyarakat untuk membuat kompos.Â
Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan semakin banyak orang yang tertarik untuk membuat kompos dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Konsep kompos kosmik tidak hanya terbatas pada rumah tangga, tetapi juga dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar, seperti pertanian organik dan perkebunan.Â
Penggunaan kompos dalam pertanian dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, meningkatkan kualitas hasil panen, dan menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang.Â