Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Asep si Petani Muda, Berjibaku dengan Lumpur dan Mimpi di Sawah Desa Margaasih Bandung

29 Desember 2024   07:50 Diperbarui: 29 Desember 2024   07:50 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asep, petani muda dengan caplaknya siap mengolah sawah di Desa Margaasih, Cicalengka, Kab. Bandung, Ahad (29/12/2024). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Mentari pagi perlahan-lahan mulai menyapa bumi, menyinari hamparan sawah yang membentang luas di Desa Margaasih, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di tengah embun pagi yang masih menyelimuti, Asep (39), seorang petani muda penuh semangat, sudah bersiap mengolah lahannya.

Ahad pagi (29/12/2024) ini, Asep, bersama sang istri setia, memulai rutinitas yang tak pernah lekang dari hari-harinya yakni bercocok tanam padi.

Dengan semangat membara, Asep turun ke sawah. Lumpur yang lengket menempel di kakinya, tak menyurutkan langkahnya.

Bersama cangkul dan garu, ia mulai membajak tanah yang subur. Matahari semakin meninggi, keringat membasahi tubuhnya, namun senyum tak pernah lepas dari wajahnya.

Bagi Asep, sawah bukan sekadar lahan pertanian, melainkan ladang mimpi dan harapan.

Musim hujan telah tiba, saat yang tepat untuk memulai penanaman. Selain padi biasa yang menjadi andalannya, tahun ini Asep juga berencana menanam padi ketan.

Ia berharap varietas baru ini dapat meningkatkan pendapatan keluarganya.

Setiap pagi, Asep menjalani serangkaian aktivitas di sawah. Mulai dari membajak, meratakan tanah, hingga menanam padi.

Pagi ini, Asep tampak sibuk membawa caplak, alat tradisional untuk membuat garis lurus sebagai panduan penanaman.

Uniknya, lahan pertanian Asep tidak sepenuhnya bergantung pada air hujan.

Sistem irigasi sederhana yang memanfaatkan mata air mengalirkan air secara teratur ke sawahnya.

Dengan begitu, Asep dapat mengatur ketersediaan air untuk tanamannya.

Sambil bergelut dengan lumpur dan benih padi, Asep tak henti-hentinya memanjatkan doa. Ia berharap musim tanam tahun ini berjalan lancar tanpa hambatan.

Hama penyakit, perubahan cuaca, dan harga jual yang fluktuatif adalah beberapa tantangan yang harus dihadapinya.

Namun, semangat juang Asep tidak pernah padam. Ia yakin, dengan kerja keras dan ketekunan, hasil panen yang melimpah akan menanti.

Di balik tubuh kekar dan kulit yang terbakar matahari, tersimpan jiwa seorang petani yang penuh cinta terhadap tanah.

Asep adalah potret nyata generasi muda yang masih setia menggarap sawah, mempertahankan tradisi leluhur, dan berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan.

Kisahnya menginspirasi kita semua untuk menghargai setiap butir beras yang kita makan dan mendukung para petani yang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Asep sedang menanam padi. Sementara sang istri menyiapkan bibit padi. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi
Asep sedang menanam padi. Sementara sang istri menyiapkan bibit padi. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi
Pesan Moral

Kerja Keras Membawa Hasil

Kisah Asep mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak datang dengan instan. Melalui kerja keras, ketekunan, dan semangat pantang menyerah, Asep mampu menghadapi berbagai tantangan dalam bertani dan meraih hasil yang memuaskan.

Pentingnya Menghargai Pekerjaan Petani

Cerita ini menyadarkan kita akan pentingnya peran petani dalam menyediakan pangan bagi masyarakat. Pekerjaan bertani yang sering dianggap sederhana ternyata membutuhkan keahlian, kekuatan fisik, dan mental yang tangguh.

Melestarikan Budaya dan Tradisi

Asep sebagai petani muda yang tetap setia pada tradisi leluhurnya menunjukkan pentingnya melestarikan budaya dan nilai-nilai lokal. Dengan menjaga tradisi bertani, kita turut menjaga keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan.

Menghargai Alam

Ketergantungan Asep pada alam, seperti ketersediaan air dari mata air, mengajarkan kita untuk menghargai alam dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Optimisme dan Harapan

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Asep tetap optimis dan penuh harapan. Sikap optimisme ini penting untuk membangkitkan semangat dan memotivasi kita untuk terus berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun