Hari kemarin, Jumat, (27/12/2024), di Jakarta semangat juang generasi muda Indonesia kembali menyala. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) secara serentak menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di berbagai sudut penting Jakarta . Dengan lantang, mereka menyuarakan penolakan terhadap kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.
Di balik spanduk dan pamflet bertuliskan "Tolak PPN 12%, Suara Kami Suara Rakyat", tersimpan sejuta harapan dan kecemasan generasi muda. Kenaikan PPN bukan hanya sekadar angka, tetapi menyangkut langsung kehidupan sehari-hari mereka. Sebagai kelompok yang dinamis dan sensitif terhadap perubahan, mahasiswa merasa terpanggil untuk bersuara.
Mengapa Kenaikan PPN Menyulut Amarah Anak Muda?
Sebagai kelompok yang dinamis dan sensitif terhadap perubahan, mahasiswa merasa terpanggil untuk bersuara. Kenaikan PPN bukan hanya sekadar angka, tetapi menyangkut langsung kehidupan sehari-hari mereka. Biaya hidup yang melambung tinggi membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti biaya kuliah, kos, dan membeli buku. Ini berdampak langsung pada kualitas hidup mereka dan menghambat mereka untuk mencapai potensi penuh.
Lebih jauh lagi, kenaikan PPN mengancam masa depan cerah yang selama ini mereka impikan. Dengan daya beli yang menurun, peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi menjadi semakin sempit. Ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh kenaikan PPN membuat anak muda merasa gelisah dan khawatir akan masa depan mereka.
Ketidakadilan sosial juga menjadi salah satu pemicu amarah anak muda. Mereka mempertanyakan mengapa beban pajak yang semakin berat justru ditanggung oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama generasi muda yang baru merintis karier. Sementara itu, kelompok yang lebih mampu secara ekonomi seolah-olah tidak terpengaruh oleh kenaikan harga. Hal ini menimbulkan perasaan ketidakadilan dan memicu semangat untuk memperjuangkan keadilan sosial.
Selain itu, anak muda merasa bahwa suara mereka tidak didengar oleh pemerintah. Kenaikan PPN yang dianggap merugikan banyak pihak ini menunjukkan kurangnya partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Padahal, sebagai generasi penerus bangsa, anak muda memiliki hak untuk turut serta dalam menentukan kebijakan yang akan mempengaruhi masa depan mereka.
Lebih dari Sekadar Demonstrasi
Aksi unjuk rasa ini bukanlah sekadar ajang untuk meluapkan emosi, tetapi juga merupakan bentuk partisipasi aktif generasi muda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui aksi ini, mereka ingin menyampaikan pesan kuat kepada pemerintah bahwa suara mereka perlu didengar dan diperhitungkan. Ini adalah manifestasi nyata dari semangat demokrasi yang hidup di kalangan anak muda Indonesia.
Di balik spanduk-spanduk dan orasi yang menggelegar, tersimpan harapan besar akan perubahan yang lebih baik. Mereka ingin melihat negara yang lebih adil, di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesejahteraan. Kenaikan PPN dianggap sebagai langkah mundur yang menghambat upaya mewujudkan cita-cita tersebut.
Harapan dan Tantangan ke Depan
Generasi muda melalui mahasisws berharap agar pemerintah dapat membatalkan kebijakan kenaikan PPN dan mencari solusi alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan. Mereka juga berharap agar pemerintah lebih terbuka terhadap aspirasi masyarakat, terutama kaum muda, dalam pengambilan keputusan.Â
Namun, perjalanan menuju perubahan tidaklah mudah. Tantangan yang dihadapi generasi muda sangatlah besar. Mereka harus terus bersatu, solid, dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Selain itu, mereka juga perlu membangun sinergi dengan berbagai elemen masyarakat lainnya untuk menciptakan perubahan yang lebih besar.
Peran media sosial juga sangat krusial dalam memperkuat suara generasi muda. Melalui platform digital, mereka dapat menyebarkan informasi, menggalang dukungan, dan membangun kesadaran kolektif. Namun, di sisi lain, media sosial juga rentan terhadap manipulasi dan disinformasi. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk selalu kritis dalam mengonsumsi informasi dan memverifikasi kebenaran setiap berita yang beredar.
Selain aksi demonstrasi, generasi muda juga dapat berkontribusi dalam mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi bangsa. Mereka dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya literasi keuangan dan kewarganegaraan. Dengan cara ini, generasi muda tidak hanya menjadi pihak yang kritis, tetapi juga menjadi bagian dari solusi.
Pemerintah pun memiliki peran yang sangat penting dalam merespon aspirasi generasi muda. Pemerintah perlu membuka ruang dialog yang lebih luas dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diambil dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Dalam konteks yang lebih luas, aksi penolakan kenaikan PPN 12% oleh BEM SI dapat menjadi momentum bagi lahirnya gerakan sosial yang lebih besar. Gerakan ini dapat menyuarakan berbagai isu sosial lainnya, seperti ketidakadilan, korupsi, dan kerusakan lingkungan. Dengan demikian, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Kesimpulan
Aksi penolakan kenaikan PPN 12% oleh BEM SI adalah bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masa depan bangsa. Mereka tidak ingin masa depan mereka tergadaikan oleh kebijakan yang tidak adil. Semoga suara mereka didengar dan pemerintah dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, terutama generasi muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H