Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Mahasiswa Bela Hak-Hak Rakyat Kecil di Tengah Gejolak PPN 12 Persen

28 Desember 2024   09:18 Diperbarui: 28 Desember 2024   09:24 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi mahasiswa tolak PPN 12 persen di lokasi aksi yang berada di Patung Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta, Jumat (27/12/2024). | Shela Octavia/Kompas.com

Hari kemarin, Jumat, (27/12/2024), di Jakarta semangat juang generasi muda Indonesia kembali menyala. Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) secara serentak menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di berbagai sudut penting Jakarta . Dengan lantang, mereka menyuarakan penolakan terhadap kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Di balik spanduk dan pamflet bertuliskan "Tolak PPN 12%, Suara Kami Suara Rakyat", tersimpan sejuta harapan dan kecemasan generasi muda. Kenaikan PPN bukan hanya sekadar angka, tetapi menyangkut langsung kehidupan sehari-hari mereka. Sebagai kelompok yang dinamis dan sensitif terhadap perubahan, mahasiswa merasa terpanggil untuk bersuara.

Mengapa Kenaikan PPN Menyulut Amarah Anak Muda?

Sebagai kelompok yang dinamis dan sensitif terhadap perubahan, mahasiswa merasa terpanggil untuk bersuara. Kenaikan PPN bukan hanya sekadar angka, tetapi menyangkut langsung kehidupan sehari-hari mereka. Biaya hidup yang melambung tinggi membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti biaya kuliah, kos, dan membeli buku. Ini berdampak langsung pada kualitas hidup mereka dan menghambat mereka untuk mencapai potensi penuh.

Lebih jauh lagi, kenaikan PPN mengancam masa depan cerah yang selama ini mereka impikan. Dengan daya beli yang menurun, peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi menjadi semakin sempit. Ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh kenaikan PPN membuat anak muda merasa gelisah dan khawatir akan masa depan mereka.

Ketidakadilan sosial juga menjadi salah satu pemicu amarah anak muda. Mereka mempertanyakan mengapa beban pajak yang semakin berat justru ditanggung oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama generasi muda yang baru merintis karier. Sementara itu, kelompok yang lebih mampu secara ekonomi seolah-olah tidak terpengaruh oleh kenaikan harga. Hal ini menimbulkan perasaan ketidakadilan dan memicu semangat untuk memperjuangkan keadilan sosial.

Selain itu, anak muda merasa bahwa suara mereka tidak didengar oleh pemerintah. Kenaikan PPN yang dianggap merugikan banyak pihak ini menunjukkan kurangnya partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Padahal, sebagai generasi penerus bangsa, anak muda memiliki hak untuk turut serta dalam menentukan kebijakan yang akan mempengaruhi masa depan mereka.

Lebih dari Sekadar Demonstrasi

Aksi unjuk rasa ini bukanlah sekadar ajang untuk meluapkan emosi, tetapi juga merupakan bentuk partisipasi aktif generasi muda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui aksi ini, mereka ingin menyampaikan pesan kuat kepada pemerintah bahwa suara mereka perlu didengar dan diperhitungkan. Ini adalah manifestasi nyata dari semangat demokrasi yang hidup di kalangan anak muda Indonesia.

Di balik spanduk-spanduk dan orasi yang menggelegar, tersimpan harapan besar akan perubahan yang lebih baik. Mereka ingin melihat negara yang lebih adil, di mana setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesejahteraan. Kenaikan PPN dianggap sebagai langkah mundur yang menghambat upaya mewujudkan cita-cita tersebut.

Harapan dan Tantangan ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun