Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hangatkan Diri dengan Menikmati Teh Tubruk dan Kulub Sampeu Sambil Siduru

27 Desember 2024   06:25 Diperbarui: 27 Desember 2024   06:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulub sampeu bukan hanya sekadar makanan pengganjal perut, tapi juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Singkong kaya akan karbohidrat kompleks yang memberikan energi tahan lama, serat yang baik untuk pencernaan, serta berbagai vitamin dan mineral. Tidak heran jika kulub sampeu menjadi salah satu makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Di beberapa daerah, kulub sampeu diolah menjadi berbagai macam makanan. Ada yang menambahkan parutan kelapa untuk menambah cita rasa gurih, ada juga yang mencampurnya dengan tape untuk membuat makanan fermentasi. Kulub sampeu juga bisa dijadikan bahan dasar untuk membuat keripik atau kue. Variasi olahan kulub sampeu ini menunjukkan betapa kayanya kuliner Indonesia.

Selain rasanya yang lezat dan nilai gizinya yang tinggi, kulub sampeu juga memiliki nilai budaya yang mendalam. Kulub sampeu seringkali menjadi bagian dari hidangan saat acara-acara adat atau perayaan hari besar. Kehadiran kulub sampeu dalam sebuah acara seolah menjadi simbol keakraban dan kebersamaan.

Di era modern seperti sekarang, kulub sampeu mungkin tidak sepopuler dulu. Namun, bagi sebagian orang, kulub sampeu tetap menjadi makanan favorit yang selalu dirindukan. Rasanya yang sederhana namun menggugah selera membuat kulub sampeu selalu memiliki tempat di hati.

Kulub sampeu, lebih dari sekadar makanan. Kulub sampeu adalah warisan budaya yang harus kita lestarikan. Dengan terus mengonsumsi dan mengenalkan kulub sampeu kepada generasi muda, kita telah turut serta melestarikan kekayaan kuliner Indonesia.

Kulub sampeu (singkong rebus) rasanya yang lezat dan nikmat. | Dokumentasi Pribadi/Jujun Junaedi
Kulub sampeu (singkong rebus) rasanya yang lezat dan nikmat. | Dokumentasi Pribadi/Jujun Junaedi
Siduru, Hangatnya Tradisi yang Tak Tergantikan

Siduru, tungku tradisional yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Dari generasi ke generasi, ia tetap setia menghangatkan rumah dan hati. Api yang berkobar di dalamnya bagaikan nyala semangat leluhur yang terus menyala. Embunan pagi yang menempel di dedaunan seakan turut larut dalam kehangatan tungku, menguap perlahan menjadi uap tipis yang menari-nari di udara.

Sementara itu, aroma teh tubruk yang semerbak semakin menggugah selera. Setiap tegukan terasa seperti pelukan hangat yang menyelimuti seluruh tubuh. Rasa pahit yang khas berpadu sempurna dengan manisnya gula aren, menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan. Kulub sampeu yang lembut di mulut menjadi teman setia menemani teh tubruk. Singkong yang tumbuh subur di ladang belakang rumah kini menjelma menjadi hidangan sederhana yang begitu bermakna.

Di samping tungku siduru, terhampar tikar pandan yang sudah usang. Nenek duduk bersandar, matanya menatap api yang berkobar. Dulu, ia sering bercerita tentang masa kecilnya, tentang bagaimana ia dan teman-temannya bermain di sekitar tungku, menghangatkan diri sambil mendengarkan dongeng dari nenek moyang. Kisah-kisah itu seakan hidup kembali saat ia melihat cucunya menikmati momen yang sama.

Suara gemericik air di sungai kecil yang mengalir di belakang rumah terdengar samar-samar. Burung-burung berkicau riang menyambut pagi yang cerah. Semua suara itu berpadu menjadi sebuah simfoni alam yang begitu indah. Dalam kesunyian desa, hanya ada suara kayu bakar yang crackling dan desiran angin yang menerpa dedaunan.

Waktu seolah berhenti sejenak. Tidak ada lagi hiruk pikuk kota, tidak ada lagi gadget yang menyita perhatian. Hanya ada keheningan dan kedamaian. Di sini, manusia kembali pada fitrahnya, menikmati keindahan alam dan kehangatan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun