Tantangan lainnya adalah perubahan pola konsumsi masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi susu sebagai sumber kalsium. Mengubah kebiasaan ini memerlukan waktu dan upaya yang cukup besar. Sosialisasi yang intensif mengenai manfaat daun kelor dan cara mengolahnya menjadi produk yang lezat dan menarik perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Selain tantangan, terdapat pula sejumlah peluang yang terbuka lebar dari kebijakan ini. Pengembangan industri pengolahan daun kelor menjadi salah satu peluang yang menjanjikan. Berbagai produk olahan daun kelor seperti tepung, serbuk, kapsul, hingga minuman instan dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin beragam. Selain itu, ekspor produk olahan daun kelor juga memiliki potensi yang besar mengingat tingginya permintaan akan bahan pangan alami dan bergizi di pasar internasional.
Peluang lainnya adalah pengembangan wisata agro daun kelor. Dengan menjadikan perkebunan daun kelor sebagai destinasi wisata, dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani dan masyarakat sekitar. Wisatawan dapat belajar tentang proses budidaya daun kelor, menikmati produk olahan daun kelor, serta menikmati keindahan alam perkebunan.
Kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan industri daun kelor. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa kebijakan yang mendukung, penyediaan sarana dan prasarana, serta fasilitasi akses pasar. Swasta dapat berperan dalam investasi, pengembangan produk, dan pemasaran. Sementara itu, masyarakat berperan sebagai produsen, konsumen, dan pelaku wisata.
Implementasi Program
Untuk memastikan keberhasilan program ini, pemerintah perlu melakukan beberapa langkah strategis.
Pertama, melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan gizi daun kelor dan efektivitasnya dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak. Penelitian ini perlu dilakukan secara komprehensif, melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti gizi, pertanian, dan kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar dalam menyusun menu makanan yang seimbang dan bergizi.
Kedua, mengembangkan berbagai jenis produk olahan daun kelor yang sesuai dengan selera anak-anak. Produk-produk ini tidak hanya harus bergizi, tetapi juga menarik dan lezat. Beberapa contoh produk olahan daun kelor yang dapat dikembangkan antara lain tepung daun kelor, minuman serbuk daun kelor, biskuit daun kelor, dan nugget daun kelor. Pengembangan produk-produk ini perlu melibatkan para ahli gizi, teknologi pangan, dan juga anak-anak sebagai target konsumen.
Ketiga, melakukan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat, terutama para orang tua dan guru, mengenai manfaat daun kelor dan cara mengolahnya. Sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media cetak, elektronik, dan media sosial. Selain itu, perlu diadakan pelatihan-pelatihan bagi para tenaga kesehatan, kader posyandu, dan guru mengenai cara memberikan edukasi kepada masyarakat tentang daun kelor.
Keempat, membangun sistem distribusi yang efektif untuk memastikan ketersediaan daun kelor segar atau produk olahan daun kelor di daerah-daerah yang menjadi sasaran program. Sistem distribusi ini perlu melibatkan para petani, pengolah, dan distributor. Pemerintah juga perlu memberikan dukungan berupa bantuan teknis dan permodalan kepada para pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok daun kelor.
Kelima, melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan program, mengidentifikasi kendala yang dihadapi, dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Indikator keberhasilan program dapat berupa peningkatan status gizi anak-anak, peningkatan konsumsi daun kelor, dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang manfaat daun kelor.