Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengenalkan Kembali Petak Umpet agar Anak Belajar Berinteraksi dan Bersosialisasi

6 Desember 2024   20:37 Diperbarui: 12 Desember 2024   11:48 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Permainan petak umpet. | Image by Thinkstock via Kompas.com

Mari kita bersama-sama menghidupkan kembali permainan tradisional ini dan memberikan warisan yang berharga bagi generasi mendatang.

Mengapa Petak Umpet Jarang Dimainkan?

Perubahan gaya hidup modern, dengan dominasi teknologi digital, menjadi salah satu faktor utama. Layar gadget yang menyajikan hiburan instan dan interaktif menarik perhatian anak-anak lebih dari sekadar berlari-lari mencari tempat persembunyian. Selain itu, lingkungan tempat tinggal yang semakin padat dan minim ruang terbuka hijau juga menjadi kendala.

Dulu, anak-anak bisa dengan mudah menemukan tempat-tempat menarik untuk bersembunyi di sekitar rumah atau lingkungan sekitar, namun sekarang, pilihan tempat bermain yang aman dan luas semakin terbatas. Faktor lain yang turut berkontribusi adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas bermain anak-anak. 

Banyak orangtua yang lebih memilih untuk memberikan gadget kepada anak-anak mereka daripada mengajak mereka bermain di luar rumah. Padahal, bermain di luar rumah dan berinteraksi dengan teman sebaya sangat penting bagi tumbuh kembang anak.

Kembali ke topik utama, bagaimana cara kita mengembalikan minat anak-anak pada permainan tradisional seperti petak umpet? 

Salah satu caranya adalah dengan menciptakan lingkungan yang mendukung. Orang tua dapat berperan aktif dengan menyediakan waktu khusus untuk bermain bersama anak-anak. Selain itu, lingkungan sekitar juga perlu mendukung dengan menyediakan ruang terbuka hijau yang aman dan nyaman untuk bermain. Sekolah juga bisa berperan dengan memasukkan permainan tradisional sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

Selain petak umpet, masih banyak permainan tradisional lain yang bisa kita kenalkan kepada anak-anak, seperti congklak, benteng, atau kelereng. Permainan-permainan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental. Dengan bermain permainan tradisional, anak-anak akan belajar tentang kerja sama, sportivitas, dan nilai-nilai sosial lainnya yang penting untuk kehidupan mereka.

Namun, kita juga perlu menyadari bahwa minat anak-anak terhadap teknologi adalah hal yang alami. Tantangannya adalah bagaimana kita bisa menggabungkan antara permainan tradisional dengan teknologi modern. 

Misalnya, kita bisa membuat aplikasi permainan petak umpet yang lebih interaktif atau mengadakan lomba permainan tradisional dengan hadiah yang menarik. Dengan cara ini, kita bisa membuat permainan tradisional menjadi lebih menarik dan relevan bagi anak-anak di era digital.

Dalam upaya melestarikan permainan tradisional, kita tidak hanya perlu fokus pada anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa. Banyak orang dewasa yang sudah lupa bagaimana cara bermain permainan tradisional. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk membangkitkan kembali minat orang dewasa terhadap permainan tradisional. Misalnya, kita bisa mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan permainan tradisional, seperti festival permainan anak-anak atau lomba permainan tradisional antar kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun