Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Istana ke Kamus: Pelajaran Berharga tentang Pentingnya Bahasa yang Tepat

6 Desember 2024   15:14 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:27 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata yang mengandung unsur kebencian dapat memicu perpecahan di masyarakat, sedangkan penyebaran hoaks dapat merusak tatanan sosial dan politik.

Penting untuk diingat bahwa bahasa adalah sebuah alat yang sangat kuat. Dengan kata-kata, kita dapat membangun atau menghancurkan, menyatukan atau memisahkan. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan bahasa sebagai alat untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan.

Pelajaran untuk Kita Semua

Pelajaran untuk kita semua dari kasus Miftah Maulana ini begitu mendasar, namun seringkali luput dari perhatian. Kita semua, dari kalangan biasa hingga pejabat negara, memiliki tanggung jawab atas kata-kata yang kita ucapkan. 

Setiap kata adalah benih yang dapat tumbuh menjadi pohon besar, baik itu pohon rindang yang menyejukkan atau pohon beracun yang membahayakan. Bahasa adalah alat yang ampuh untuk membangun atau menghancurkan.

Di era digital saat ini, pengaruh kata-kata semakin meluas. Sebuah ungkapan yang terlontar secara spontan dapat dengan mudah menyebar melalui media sosial dan menjadi viral. Apa yang dulunya hanya terdengar oleh segelintir orang, kini dapat didengar oleh jutaan orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita perlu lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di dunia maya.

Selain itu, kasus ini juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan formal tidak hanya mengajarkan kita tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai moral dan etika. 

Dengan pendidikan karakter yang kuat, kita akan lebih mampu membedakan mana yang benar dan salah, serta memiliki tanggung jawab atas tindakan kita.

Kembali ke kasus Miftah Maulana, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kesalahan dalam berbahasa dapat berdampak sangat luas. Tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak citra lembaga, memecah belah masyarakat, dan menghambat pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita perlu terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi kita.

Mari kita mulai dengan hal-hal kecil, seperti memilih kata-kata yang santun dan sopan dalam percakapan sehari-hari. Hindari menggunakan kata-kata yang kasar, menghina, atau mengandung unsur SARA. 

Selain itu, kita juga perlu mengembangkan kemampuan mendengarkan dengan baik. Dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, kita dapat memahami sudut pandang orang lain dan menghindari kesalahpahaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun