Kata-kata yang mengandung unsur kebencian dapat memicu perpecahan di masyarakat, sedangkan penyebaran hoaks dapat merusak tatanan sosial dan politik.
Penting untuk diingat bahwa bahasa adalah sebuah alat yang sangat kuat. Dengan kata-kata, kita dapat membangun atau menghancurkan, menyatukan atau memisahkan. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan bahasa sebagai alat untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan.
Pelajaran untuk Kita Semua
Pelajaran untuk kita semua dari kasus Miftah Maulana ini begitu mendasar, namun seringkali luput dari perhatian. Kita semua, dari kalangan biasa hingga pejabat negara, memiliki tanggung jawab atas kata-kata yang kita ucapkan.Â
Setiap kata adalah benih yang dapat tumbuh menjadi pohon besar, baik itu pohon rindang yang menyejukkan atau pohon beracun yang membahayakan. Bahasa adalah alat yang ampuh untuk membangun atau menghancurkan.
Di era digital saat ini, pengaruh kata-kata semakin meluas. Sebuah ungkapan yang terlontar secara spontan dapat dengan mudah menyebar melalui media sosial dan menjadi viral. Apa yang dulunya hanya terdengar oleh segelintir orang, kini dapat didengar oleh jutaan orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita perlu lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di dunia maya.
Selain itu, kasus ini juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan formal tidak hanya mengajarkan kita tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai moral dan etika.Â
Dengan pendidikan karakter yang kuat, kita akan lebih mampu membedakan mana yang benar dan salah, serta memiliki tanggung jawab atas tindakan kita.
Kembali ke kasus Miftah Maulana, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kesalahan dalam berbahasa dapat berdampak sangat luas. Tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak citra lembaga, memecah belah masyarakat, dan menghambat pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita perlu terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi kita.
Mari kita mulai dengan hal-hal kecil, seperti memilih kata-kata yang santun dan sopan dalam percakapan sehari-hari. Hindari menggunakan kata-kata yang kasar, menghina, atau mengandung unsur SARA.Â
Selain itu, kita juga perlu mengembangkan kemampuan mendengarkan dengan baik. Dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, kita dapat memahami sudut pandang orang lain dan menghindari kesalahpahaman.