Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Setetes Kehidupan, Dilema Pedagang Bensin Eceran di Antara Legalitas dan Ekonomi

22 November 2024   07:48 Diperbarui: 22 November 2024   07:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswo (55), penjual bensin eceran di Jl Sindang, Koja, Jakarta Utara, saat melayani pelanggannya, Senin (4/4/2022). | KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari

Di sudut-sudut jalanan kota dan pedesaan, kita sering menjumpai sosok-sosok yang akrab dengan jeriken dan selang. Mereka adalah pedagang bensin eceran, pahlawan tanpa tanda jasa yang menyediakan kebutuhan energi bagi masyarakat.

Namun, di balik kemudahan yang mereka tawarkan, tersimpan dilema yang kompleks antara tuntutan ekonomi dan jerat legalitas.

Bagi banyak orang, kehadiran pedagang bensin eceran menjadi penyelamat di saat darurat. Jarak yang jauh dari SPBU resmi, keterbatasan waktu, atau bahkan harga yang lebih murah menjadi alasan utama mengapa masyarakat memilih membeli bensin secara eceran.

Bagi para pedagang, usaha ini menjadi sumber nafkah utama. Dengan modal yang relatif kecil, mereka bisa memulai bisnis dan menafkahi keluarga.

Namun, di sisi lain, keberadaan pedagang bensin eceran seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan. Secara legal, aktivitas mereka seringkali berada di wilayah abu-abu. Perizinan yang rumit, risiko kebakaran, dan potensi pencemaran lingkungan menjadi beberapa masalah yang harus mereka hadapi.

Pemerintah, di satu sisi, berupaya menertibkan sektor ini demi keamanan dan ketertiban. Di sisi lain, masyarakat juga membutuhkan akses yang mudah terhadap bahan bakar.

Dilema ini semakin kompleks ketika kita melihat sisi humanis dari para pedagang bensin eceran. Mereka adalah orang-orang biasa yang berjuang keras untuk bertahan hidup. Ada yang merupakan mantan pekerja pabrik yang kehilangan pekerjaan, ada pula yang merupakan petani yang mencari penghasilan tambahan.

Mereka bekerja dari pagi hingga malam, seringkali tanpa perlindungan yang memadai dari terik matahari atau hujan.

Sudut Pandang yang Berbeda

Masyarakat, sebagai konsumen, memiliki pandangan yang beragam. Ada yang merasa terbantu dengan keberadaan pedagang bensin eceran karena lebih praktis dan seringkali lebih murah. Namun, ada juga yang khawatir akan kualitas bahan bakar yang dijual dan risiko kebakaran.

Sementara itu, pemerintah memiliki kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keamanan, serta melindungi lingkungan. Pertamina, sebagai perusahaan BUMN yang menguasai sektor energi, juga memiliki kepentingan untuk menjaga pangsa pasarnya.

Solusi yang Menyeluruh

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan solusi yang komprehensif dan melibatkan semua pihak terkait. Salah satu solusi yang mungkin adalah dengan memberikan izin resmi kepada pedagang bensin eceran yang memenuhi syarat tertentu.

Dengan demikian, mereka dapat beroperasi secara legal dan mendapatkan perlindungan hukum. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan secara berkala untuk memastikan bahwa mereka menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan Pertamina untuk menyediakan fasilitas pengisian bahan bakar umum yang lebih terjangkau dan mudah diakses. Dengan demikian, masyarakat memiliki alternatif selain membeli bensin secara eceran. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya membeli bahan bakar di tempat yang resmi juga perlu dilakukan.

Permasalahan pedagang bensin eceran bukanlah persoalan yang mudah diselesaikan. Namun, dengan adanya kesadaran bersama dan komitmen untuk mencari solusi, masalah ini dapat diatasi. Kita semua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua pihak.

Intinya, fenomena pedagang bensin eceran adalah cerminan kompleksitas permasalahan sosial, ekonomi, dan hukum yang saling terkait. Di satu sisi, mereka menjadi tulang punggung bagi banyak keluarga, menyediakan kemudahan akses bahan bakar bagi masyarakat. Di sisi lain, aktivitas mereka seringkali berada di wilayah abu-abu hukum dan menimbulkan berbagai risiko.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun