Penelitian tentang biologi dan ekologi ajag juga terus dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang populasi, distribusi, dan perilaku ajag. Data-data ini sangat penting untuk menyusun strategi konservasi yang lebih efektif.
Kerjasama lintas sektor juga menjadi kunci keberhasilan upaya pelestarian ajag. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan masyarakat lokal perlu bekerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian ajag.
Upaya penangkaran ajag juga menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan populasi ajag di alam liar. Namun, penangkaran ajag memiliki tantangan tersendiri, seperti kesulitan dalam reproduksi dan adaptasi individu hasil penangkaran di alam liar.
Pelestarian ajag tidak hanya penting untuk menjaga keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga memiliki nilai ekologis yang tinggi. Ajag sebagai predator puncak berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Dengan melindungi ajag, kita juga turut menjaga kelestarian hutan dan satwa liar lainnya.
Tantangan dan Harapan
Ajag, si anjing hutan Sumatra, adalah salah satu karnivora paling menarik dan terancam di Indonesia. Keberadaannya sebagai predator puncak dalam ekosistem hutan hujan tropis Sumatra memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan alam.
Namun, populasi ajag terus menurun drastis akibat berbagai ancaman yang semakin kompleks.Â
Habitatnya yang semakin menyusut akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan pemukiman, serta perburuan liar untuk diambil bagian tubuhnya sebagai bahan obat tradisional atau trofi, menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Konflik antara manusia dan hewan semakin meruncing ketika serangan ternak menyebabkan kerugian yang signifikan.
Petani yang kehilangan hasil panennya seringkali merasa frustrasi dan marah, sehingga memicu tindakan-tindakan yang dapat membahayakan hewan. Siklus kekerasan ini semakin memperparah situasi dan sulit untuk dihentikan.