Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyelami Ihwal Makan Siang Gratis hingga Pendapatan Guru

14 November 2024   20:10 Diperbarui: 15 November 2024   13:45 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan program makan siang gratis tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif dari berbagai pihak, seperti sekolah, masyarakat, swasta, dan lembaga donor. 

Sekolah berperan dalam mengelola pelaksanaan program di tingkat sekolah, masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan produksi atau pengolahan makanan, swasta dapat memberikan bantuan berupa dana atau produk, sedangkan lembaga donor dapat memberikan dukungan teknis dan finansial.

Apakah program ini efektif dalam mencapai tujuan yang diharapkan?

Program makan gratis, dengan tujuan mulia meningkatkan status gizi anak-anak, seringkali dihadapkan pada tantangan kompleksitas dalam pelaksanaannya. 

Penggunaan ikan kaleng sebagai salah satu solusi praktis memang mengundang perdebatan.

Di satu sisi, ikan kaleng menawarkan kemudahan dalam distribusi dan penyiapan, namun di sisi lain, kandungan gizinya yang mungkin berkurang akibat proses pengalengan menjadi perhatian serius. 

Pertanyaannya kemudian, apakah program ini efektif dalam mencapai tujuan yang diharapkan?

Efektivitas program sangat bergantung pada beberapa faktor, mulai dari kualitas ikan kaleng yang digunakan, variasi menu yang disajikan, hingga pengawasan terhadap pelaksanaan program di lapangan. 

Jika ikan kaleng yang dipilih memiliki kandungan garam tinggi, rendah nutrisi, atau bahkan mengandung bahan pengawet berbahaya, maka tujuan meningkatkan gizi anak justru akan berbalik menjadi ancaman bagi kesehatan mereka. 

Selain itu, monotonnya menu yang didominasi oleh ikan kaleng dapat menyebabkan anak bosan dan kurang gizi karena tidak mendapatkan variasi nutrisi yang cukup.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang lebih holistik. Selain memperhatikan kualitas bahan makanan, penting juga untuk melibatkan masyarakat, terutama para ibu, dalam proses pengambilan keputusan terkait menu makanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun