Senin sore, 11 November 2024, menjadi hari kelabu bagi pengguna jalan Tol Cipularang. Sekitar pukul 15.15 WIB, di kilometer 92 arah Jakarta, sebuah tragedi kembali terjadi.
Kecelakaan beruntun melibatkan satu buah truk dan 17 mobil penumpang menewaskan satu orang, melukai empat orang secara serius, dan 24 lainnya mengalami luka ringan.
Penyebab utama kecelakaan ini, seperti yang sering terjadi di ruas tol ini, adalah rem blong pada sebuah truk.
Peristiwa ini bukan kali pertama terjadi di Tol Cipularang. Sejumlah kecelakaan serupa dengan korban jiwa dan kerugian materi yang besar telah terjadi sebelumnya.
Kejadian berulang ini menimbulkan pertanyaan mendasar, mengapa kecelakaan akibat rem blong terus terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya?
Menganalisis Penyebab Rem Blong
Memperhatikan rem blong di ruas tol Cipularang, kita tak hanya melihat pada kondisi kendaraan semata. Faktor lingkungan juga turut berperan signifikan.
Jalan tol yang didominasi tanjakan dan turunan tajam, terutama di sekitar lokasi kejadian, dapat memperparah kondisi rem blong. Ketika kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan menurun, gaya gravitasi akan semakin menekan sistem pengereman.
Jika kondisi rem sudah tidak optimal, maka potensi terjadinya rem blong akan semakin besar.
Selain itu, cuaca ekstrem seperti hujan deras juga dapat menjadi pemicu kecelakaan. Jalanan yang basah membuat daya cengkeram ban berkurang, sehingga jarak pengereman menjadi lebih panjang.
Kondisi ini semakin diperparah jika kendaraan membawa muatan berlebih. Muatan yang tidak seimbang dapat menggeser titik berat kendaraan dan membuat kendaraan sulit dikendalikan, terutama saat melakukan pengereman mendadak.