Selama berpuluh tahun, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) telah menjadi ikon industri tekstil Indonesia. Benang-benang halus yang ditenun di pabrik-pabriknya telah menghangatkan jutaan orang di seluruh dunia. Namun, seperti benang yang kusut tak terurai, perusahaan raksasa ini kini menghadapi babak baru yang penuh ketidakpastian.Â
Pailitnya Sritex bukan hanya sekadar kabar buruk bagi dunia bisnis, melainkan juga pukulan telak bagi ribuan buruh yang menggantungkan hidup pada perusahaan tersebut.
Dulu, pabrik-pabrik Sritex adalah rumah kedua bagi para buruh. Mesin-mesin yang berdentum dan suara riuh pekerja menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Gaji yang diterima, meski tak seberapa besar, cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anak.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, benang kusut mulai terlihat. Persaingan global yang semakin ketat, perubahan tren mode yang cepat, ditambah lagi dengan masalah internal perusahaan, perlahan-lahan menggerogoti fondasi Sritex.
Kabar pailitnya Sritex bagaikan petir di siang bolong bagi para buruh. Harapan yang selama ini menjadi pegangan mereka, kini sirna seketika.Â
Bayangan akan masa depan yang cerah, dengan pekerjaan yang stabil dan penghasilan yang cukup, berubah menjadi kekhawatiran akan masa depan yang gelap. PHK massal menjadi ancaman nyata yang menghantui mereka.
Di balik angka-angka dan laporan keuangan perusahaan, terdapat kisah-kisah nyata para buruh yang terdampak.Â
Ada ibu tunggal yang harus menghidupi anak-anaknya, ada pemuda yang baru saja menikah dan berencana membangun rumah, ada pula lansia yang menggantungkan hidup pada pensiun dari perusahaan. Mereka semua kini harus memikirkan kembali langkah hidup mereka.
Pailitnya Sritex tidak hanya berdampak pada kehidupan para buruh, tetapi juga pada perekonomian daerah. Ribuan keluarga yang menggantungkan hidup pada industri tekstil akan mengalami kesulitan ekonomi.Â
Toko-toko di sekitar pabrik akan sepi pembeli, dan sektor lain yang terkait dengan industri tekstil juga akan terimbas.
Langkah Konkret Membantu Buruh Terdampak