Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mendidik Anak, Tak Sesulit yang Kita Bayangkan: Kuncinya Keteladanan yang Baik dari Orang Tua

18 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 18 Oktober 2024   06:12 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Orang tua dan anak. Orang tua sumber teladan yang baik bagi anak. | Image by Freepik tirachardz

Mendidik anak adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan keindahan. Sebagai orang tua, kita seringkali merasa dihadapkan pada berbagai pertanyaan yakni bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kebaikan?

Bagaimana cara membuat anak menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab? Bagaimana cara menghadapi fase-fase perkembangan anak yang penuh dinamika?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Kunci utama dalam mendidik anak terletak pada satu hal yang sederhana namun sangat mendasar yaitu keteladanan.

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka akan belajar dan meniru segala hal yang mereka lihat dan alami, terutama dari orang-orang terdekatnya, yaitu orang tua.

Mengapa Keteladanan Sangat Penting?

1. Anak Belajar Melalui Peniruan

Otak anak dirancang untuk menyerap informasi melalui pengamatan. Ketika anak melihat orang tuanya berperilaku jujur, sopan, dan bertanggung jawab, secara alami mereka akan terdorong untuk meniru perilaku tersebut.

Peniruan pada anak bukan sekadar meniru tindakan fisik. Anak-anak juga meniru emosi, ekspresi wajah, dan bahkan nada suara orang tua mereka. Ini menunjukkan betapa mendalamnya pengaruh orang tua dalam pembentukan kepribadian anak.

Bayangkan, ketika seorang anak melihat ibunya tersenyum hangat saat menyapa tetangga, secara tidak sadar anak tersebut akan belajar bahwa tersenyum adalah cara yang baik untuk berinteraksi dengan orang lain.

Konsistensi adalah kunci dalam proses peniruan. Jika hari ini orang tua mengajarkan anak untuk selalu berkata jujur, namun di hari lain orang tua tersebut berbohong, maka anak akan merasa bingung dan tidak tahu mana yang harus diikuti.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu memberikan contoh yang baik dan konsisten dalam setiap tindakannya.

Selain orang tua, lingkungan sekitar juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Teman sebaya, guru, tokoh idola, dan media massa semuanya berperan sebagai model yang dapat ditiru oleh anak.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih lingkungan yang positif dan mendukung pertumbuhan anak.

Peniruan dapat menjadi alat pendidikan yang sangat efektif. Dengan menyajikan contoh-contoh perilaku yang baik, orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai moral, sosial, dan etika kepada anak secara alami.

Misalnya, dengan membacakan cerita anak yang mengandung nilai-nilai positif, orang tua dapat memberikan contoh perilaku yang dapat ditiru oleh anak.

Meskipun peniruan adalah proses yang alami, tidak semua perilaku yang ditiru oleh anak adalah positif. Anak-anak juga dapat meniru perilaku negatif yang mereka lihat.

Dalam hal ini, orang tua perlu memberikan penjelasan yang jelas dan tegas kepada anak tentang mengapa perilaku tersebut tidak baik. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan alternatif perilaku yang lebih positif.

Peniruan adalah salah satu cara paling efektif bagi anak untuk belajar dan tumbuh. Dengan memahami proses peniruan, orang tua dapat menjadi pendidik yang lebih baik dan membantu anak-anak mereka mengembangkan potensi terbaiknya.

Ingatlah, anak-anak adalah cerminan dari orang tua mereka. Jadi, jika Anda ingin memiliki anak yang baik, jadilahlah orang tua yang baik terlebih dahulu.

2. Keteladanan Lebih Berbicara Daripada Seribu Kata

Kata-kata memang penting, namun tindakan jauh lebih bermakna. Ketika orang tua berkata "jangan berbohong", namun seringkali berbohong di depan anak, maka pesan yang diterima anak adalah "berbohong itu tidak apa-apa".

Pernyataan "Ketika orang tua berkata 'jangan berbohong', namun seringkali berbohong di depan anak, maka pesan yang diterima anak adalah 'berbohong itu tidak apa-apa" adalah sebuah kebenaran yang mendasar.

Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka mengamati setiap gerak-gerik, mendengar setiap kata, dan menyerap setiap tindakan orang tua mereka.

Ketika ada ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan, maka tindakanlah yang akan lebih diingat dan ditiru oleh anak. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan jauh lebih kuat daripada sekadar nasihat.

Misalnya, seorang ayah yang selalu menasihati anaknya untuk rajin belajar, namun ia sendiri lebih sering menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau bermain game. Anak tersebut akan cenderung meniru perilaku ayahnya daripada mengikuti nasihatnya.

Begitu pula dengan seorang ibu yang mengajarkan anaknya untuk menghargai orang lain, namun ia seringkali berbicara buruk tentang tetangga di depan anaknya. Anak tersebut akan tumbuh dengan sikap yang kurang menghargai orang lain.

Konsistensi adalah kunci dalam memberikan keteladanan. Jika hari ini orang tua mengajarkan anak untuk selalu jujur, namun di hari lain orang tua tersebut berbohong, maka anak akan merasa bingung dan tidak tahu mana yang harus diikuti.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu memberikan contoh yang baik dan konsisten dalam setiap tindakannya.

Keteladanan tidak hanya berlaku dalam lingkup keluarga. Guru, tokoh masyarakat, pemimpin agama, dan bahkan tokoh publik juga memiliki peran sebagai role model bagi anak-anak. Setiap tindakan mereka akan diamati dan ditiru oleh anak-anak.

Oleh karena itu, penting bagi semua orang dewasa untuk selalu berhati-hati dalam berperilaku, karena kita tidak pernah tahu siapa saja yang sedang mengamati kita.

Keteladanan adalah fondasi dalam membangun karakter anak. Dengan memberikan contoh yang baik, orang tua dapat menanamkan nilai-nilai moral, sosial, dan etika pada anak sejak dini. Nilai-nilai ini akan menjadi pedoman bagi anak dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Keteladanan adalah bahasa universal yang dipahami oleh semua anak. Kata-kata mungkin mudah diucapkan, namun tindakanlah yang akan berbicara lebih keras.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, guru, atau siapa pun yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan anak, mari kita menjadi teladan yang baik agar anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas.

3. Membentuk Karakter yang Kuat

Keteladanan yang baik akan membantu anak membangun karakter yang kuat, seperti kejujuran, disiplin, empati, dan rasa percaya diri.

Kejujuran, disiplin, empati, dan rasa percaya diri adalah beberapa karakter kuat yang ingin kita tanamkan pada anak-anak kita. Namun, seberapa efektifkah kata-kata nasihat kita jika tindakan kita sendiri tidak sejalan?

Keteladanan adalah kunci utama dalam membentuk karakter anak. Ketika anak melihat orang tuanya selalu berkata jujur, disiplin dalam menjalankan rutinitas, empati terhadap sesama, dan percaya diri dalam menghadapi tantangan, secara tidak sadar anak akan terdorong untuk meniru perilaku tersebut.

Kata-kata memang penting, tetapi tindakan jauh lebih bermakna. Kita bisa saja berulang kali mengatakan kepada anak untuk selalu berkata jujur, namun jika kita sendiri sering berbohong, maka pesan yang diterima anak justru sebaliknya.

Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjadi contoh yang baik dalam segala hal.

Selain keteladanan orang tua, lingkungan juga berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Sekolah, teman sebaya, dan komunitas sekitar semuanya memberikan pengaruh yang signifikan.

Pastikan anak berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan memiliki nilai-nilai yang baik. Dengan begitu, anak akan memiliki banyak role model yang dapat ditiru.

Kepercayaan diri adalah salah satu karakter yang sangat penting bagi keberhasilan anak di masa depan.

Orang tua dapat membantu membangun kepercayaan diri anak dengan memberikan pujian yang tulus atas prestasi yang dicapai, memberikan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, dan mendukung minat dan bakat anak. Selain itu, ajarkan anak untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.

Membentuk karakter anak bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti pengaruh media sosial, tekanan teman sebaya, dan perubahan zaman. Namun, dengan kesabaran, konsistensi, dan cinta, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berkarakter.

Keteladanan adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar bagi anak di masa depan. Dengan menjadi contoh yang baik, kita tidak hanya membantu anak membangun karakter yang kuat, tetapi juga mempererat hubungan antara orang tua dan anak.

Ingatlah, anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Jadi, jika kita ingin memiliki anak yang baik, jadilahlah orang tua yang baik terlebih dahulu.

4. Membangun Hubungan yang Positif

Ketika orang tua menjadi teladan yang baik, anak akan merasa aman, dicintai, dan dihargai. Hal ini akan membangun hubungan yang kuat dan saling percaya antara orang tua dan anak.

Ketika orang tua menjadi teladan yang baik, mereka tidak hanya sekadar mentransfer nilai-nilai moral, tetapi juga membangun jembatan emosional yang kuat dengan anak.

Anak akan merasa aman dan terlindungi ketika melihat orang tuanya sebagai sosok yang dapat diandalkan dan dihormati. Rasa aman ini akan mendorong anak untuk lebih terbuka dan jujur dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

Hubungan yang positif antara orang tua dan anak dibangun atas dasar saling memahami dan menghargai.

Ketika orang tua berusaha memahami perspektif anak, dan anak merasa dihargai oleh orang tuanya, maka akan tercipta ikatan yang kuat. Komunikasi yang terbuka dan jujur akan menjadi fondasi dari hubungan yang sehat.

Keteladanan orang tua juga berperan penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak. Ketika anak melihat orang tuanya menghadapi tantangan dengan sikap positif dan percaya diri, mereka akan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.

Dukungan tanpa syarat dari orang tua akan membuat anak merasa mampu untuk mencapai apa pun yang mereka inginkan.

Anak-anak belajar tentang diri mereka melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka, terutama orang tua. Ketika orang tua memberikan contoh yang baik, anak akan mulai membentuk identitas diri yang positif. Mereka akan belajar untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Hubungan yang positif antara orang tua dan anak akan memberikan bekal yang kuat bagi anak untuk menghadapi tantangan di masa depan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan dukungan akan lebih siap untuk menghadapi perubahan dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Membangun hubungan yang positif dengan anak adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat yang tak ternilai. Dengan menjadi teladan yang baik, orang tua tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak, tetapi juga memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

Bagaimana Menjadi Teladan yang Baik?

1. Konsisten dalam Bertindak

Jangan hanya memberikan nasihat, tetapi tunjukkan bahwa nasihat tersebut juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Konsistensi adalah kunci utama dalam membangun keteladanan yang efektif. Anak-anak adalah pengamat yang cermat. Mereka akan memperhatikan setiap tindakan kita, bahkan yang sekilas tampak sepele.

Jika kita sering memberikan nasihat tentang pentingnya kejujuran, namun kemudian ketahuan berbohong, maka pesan yang akan tertanam pada anak adalah bahwa kejujuran itu tidak mutlak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu memastikan bahwa tindakan kita sejalan dengan kata-kata kita.

Konsistensi juga membantu membangun kepercayaan antara orang tua dan anak. Ketika anak melihat bahwa orang tuanya selalu konsisten dalam bersikap dan bertindak, mereka akan merasa lebih aman dan nyaman untuk terbuka kepada orang tuanya. Kepercayaan ini sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan kuat.

Seorang role model tidak hanya memberikan nasihat, tetapi juga menunjukkan bagaimana cara menerapkan nasihat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi contoh yang baik, kita mengajarkan anak-anak untuk berpikir kritis, membuat keputusan yang bijak, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Mempertahankan konsistensi dalam memberikan keteladanan memang tidak selalu mudah. Terkadang, kita juga menghadapi godaan untuk bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Namun, dengan kesadaran dan komitmen yang kuat, kita dapat mengatasi tantangan ini.

Konsistensi adalah kunci keberhasilan dalam membangun keteladanan. Dengan selalu memastikan bahwa tindakan kita sejalan dengan kata-kata kita, kita dapat menjadi role model yang inspiratif bagi anak-anak kita. Ingatlah, anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang kita lakukan daripada apa yang kita katakan.

2. Bersikap Jujur dan Terbuka

Bangun komunikasi yang terbuka dengan anak. Jujurlah dalam segala hal, dan ajarkan anak untuk juga jujur.

Bersikap jujur dan terbuka adalah fondasi dari komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Ketika kita jujur, anak akan merasa aman untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya tanpa takut dihakimi. Ini menciptakan ruang yang aman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.

Misalnya, jika seorang anak bertanya mengapa orang-orang sakit, kita bisa menjelaskan dengan jujur dan sesuai dengan usia anak. Kita bisa mengatakan bahwa kadang-kadang tubuh kita lelah dan perlu istirahat, atau bahwa ada kuman yang membuat kita sakit.

Dengan memberikan penjelasan yang jujur, kita tidak hanya menjawab pertanyaan anak, tetapi juga mengajarkan mereka untuk menerima kenyataan hidup.

Ketika anak berani mengakui kesalahan atau mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, penting bagi kita untuk memberikan apresiasi. Dengan menghargai kejujuran anak, kita menunjukkan bahwa kita peduli dan mendukung mereka. Ini akan mendorong anak untuk terus bersikap jujur di masa depan.

Jangan takut jika anak sering bertanya. Justru, doronglah mereka untuk bertanya sebanyak mungkin. Dengan menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan sabar, kita tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga mengajarkan mereka untuk berpikir kritis dan mencari tahu sendiri.

Selain berbicara, kita juga perlu menjadi pendengar yang baik. Ketika anak menceritakan sesuatu, berikan perhatian penuh dan jangan menyela. Tunjukkan bahwa kita peduli dengan apa yang mereka rasakan.

Bersikap jujur dan terbuka adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan anak. Dengan komunikasi yang terbuka, kita dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang jujur, percaya diri, dan bertanggung jawab.

3. Menunjukkan Empati

Ajak anak untuk peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Mengajarkan anak untuk peduli terhadap orang lain dan lingkungan sekitar adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga.

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan menumbuhkan rasa empati sejak dini, kita membantu anak tumbuh menjadi individu yang peduli, berbelas kasih, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial.

Ada banyak cara untuk menumbuhkan rasa empati pada anak. Misalnya, ketika melihat seseorang yang sedang kesulitan, ajak anak untuk bertanya bagaimana cara membantu. Atau, ketika melihat sampah berserakan, ajak anak untuk memungutnya bersama-sama.

Dengan memberikan contoh nyata, anak akan lebih mudah memahami konsep empati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca cerita anak yang mengandung nilai-nilai sosial dan emosional juga dapat membantu menumbuhkan rasa empati.

Setelah membaca cerita, ajak anak untuk berdiskusi tentang perasaan karakter dalam cerita dan bagaimana mereka mengatasi masalah. Ini akan membantu anak untuk lebih memahami berbagai emosi dan perspektif yang berbeda.

Libatkan anak dalam kegiatan sosial seperti mengunjungi panti asuhan, rumah sakit anak, atau mengikuti kegiatan penghijauan. Dengan berinteraksi langsung dengan orang-orang yang membutuhkan, anak akan lebih memahami kesulitan yang dialami orang lain dan terdorong untuk membantu.

Ajak anak untuk berdiskusi tentang isu-isu sosial yang sedang terjadi di sekitar kita. Misalnya, kita bisa membahas tentang kemiskinan, bencana alam, atau diskriminasi.

Dengan membicarakan isu-isu ini, kita membantu anak untuk mengembangkan kesadaran sosial dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Menumbuhkan rasa empati pada anak adalah proses yang berkelanjutan. Dengan memberikan contoh yang baik, memberikan penjelasan yang sederhana, dan melibatkan anak dalam berbagai kegiatan sosial, kita dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan bermanfaat bagi masyarakat.

4. Memiliki Waktu Berkualitas

Luangkan waktu khusus untuk bermain, belajar, dan berinteraksi dengan anak. Waktu berkualitas bersama anak adalah investasi terbaik yang bisa kita berikan.

Di tengah kesibukan sehari-hari, luangkan waktu khusus untuk bermain, belajar, dan berinteraksi dengan anak. Momen-momen ini akan menciptakan ikatan yang kuat dan menjadi kenangan indah bagi anak di masa depan.

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak. Kita bisa bermain permainan tradisional, membaca buku cerita, melakukan eksperimen sederhana, atau sekadar mengobrol santai. Yang terpenting adalah kita terlibat secara aktif dan menikmati setiap momen bersama anak.

Waktu bersama anak juga bisa dimanfaatkan untuk belajar bersama. Misalnya, kita bisa belajar memasak bersama, mengerjakan tugas sekolah, atau menjelajahi alam sekitar. Dengan belajar bersama, anak akan merasa lebih termotivasi dan mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan.

Salah satu hal terpenting dalam menghabiskan waktu berkualitas adalah mendengarkan anak dengan tulus. Ketika anak berbagi cerita atau perasaan, berikan perhatian penuh dan jangan menyela. Dengan mendengarkan dengan tulus, kita menunjukkan kepada anak bahwa kita peduli dan menghargai mereka.

Buatlah momen-momen spesial bersama anak. Misalnya, kita bisa mengadakan piknik di taman, pergi ke kebun binatang, atau membuat kerajinan tangan bersama. Kenangan-kenangan indah ini akan terus tersimpan di hati anak dan menjadi sumber kekuatan bagi mereka di masa depan.

Waktu berkualitas bersama anak adalah investasi terbaik yang bisa kita berikan. Dengan meluangkan waktu khusus untuk anak, kita tidak hanya membangun hubungan yang kuat, tetapi juga membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, cerdas, dan bahagia.

5. Menjadi Pembelajar Seumur Hidup

Tunjukkan pada anak bahwa belajar adalah proses yang menyenangkan dan berkelanjutan.

Menjadi pembelajar seumur hidup bukanlah sekadar menghafal fakta atau menyelesaikan tugas. Ini adalah sebuah petualangan yang penuh dengan kejutan dan penemuan baru. Sebagai orang tua, kita memiliki peran penting dalam mengubah persepsi anak tentang belajar.

Salah satu cara terbaik untuk membuat belajar menjadi menyenangkan adalah melalui permainan. Kita bisa menciptakan permainan edukatif yang mengasah kemampuan kognitif anak, seperti teka-teki, puzzle, atau permainan kata. Dengan cara ini, anak akan belajar sambil bermain dan merasa senang.

Alam adalah laboratorium terbesar bagi anak-anak. Ajak anak untuk menjelajahi alam sekitar, mengamati tumbuhan dan hewan, dan mengajukan pertanyaan. Dengan cara ini, anak akan mengembangkan rasa ingin tahu dan belajar tentang dunia di sekitar mereka.

Membaca buku bersama adalah aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat. Pilih buku yang sesuai dengan minat dan usia anak. Setelah membaca, ajak anak untuk berdiskusi tentang isi buku, karakter, dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru dan keluar dari zona nyaman mereka. Misalnya, anak bisa mencoba belajar alat musik, mengikuti kelas seni, atau bergabung dengan klub olahraga. Dengan mencoba hal-hal baru, anak akan mengembangkan minat dan bakat baru.

Jangan lupa untuk memberikan pujian dan dorongan kepada anak atas setiap usaha yang mereka lakukan. Pujian yang tulus akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan memotivasi mereka untuk terus belajar.

Menjadi pembelajar seumur hidup adalah hadiah terindah yang bisa kita berikan kepada anak. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung, kita dapat membantu anak mengembangkan rasa ingin tahu, minat belajar yang tinggi, dan sikap positif terhadap pembelajaran sepanjang hayat.

Kesimpulan

Mendidik anak adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan suka dan duka. Namun, dengan menjadikan diri kita sebagai teladan yang baik, kita dapat memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Ingatlah, anak-anak adalah cerminan dari orang tuanya. Jadi, jadilah orang tua yang ingin dilihat oleh anak-anak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun