Misalnya, ketika mempelajari tentang singa, anak-anak akan belajar kata-kata seperti "gagah", "berkuasa", "mengamuk", dan "sabana".
Kata-kata ini membantu mereka membayangkan bagaimana seekor singa hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu, mereka juga akan belajar tentang habitat singa, yaitu savana yang luas dan rumput kuning keemasan.
Ketiga, melatih kemampuan berpikir kritis. Anak-anak harus berpikir logis untuk menyusun alur cerita yang masuk akal.
Melatih kemampuan berpikir kritis pada anak tidak hanya sebatas pada pelajaran akademik.
Kegiatan kreatif seperti menulis cerita juga menjadi sarana yang efektif untuk mengasah logika dan analisis mereka.
Saat anak-anak harus berpikir logis untuk menyusun alur cerita yang masuk akal, mereka secara tidak langsung melatih otak mereka untuk menghubungkan sebab dan akibat, mengidentifikasi pola, dan mengevaluasi informasi.
Keempat, meningkatkan kepercayaan diri. Dengan berani berbagi cerita di depan kelas, anak-anak menjadi lebih percaya diri.
Dengan berani berbagi cerita di depan kelas, anak-anak tidak hanya sekadar menyampaikan informasi.
Mereka sedang melangkah ke sebuah panggung, sebuah dunia kecil di mana mereka menjadi pusat perhatian. Melalui pengalaman ini, kepercayaan diri mereka perlahan tapi pasti akan tumbuh.
Berbicara di depan umum, meski hanya di hadapan teman sekelas, seringkali memicu rasa gugup dan takut.