Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Karakter di Mana-mana, Tapi Kekerasan di Sekolah Masih Ada, Mengapa?

5 Oktober 2024   07:29 Diperbarui: 5 Oktober 2024   07:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekanan Teman Sebaya: Tekanan dari teman sebaya untuk ikut terlibat dalam tindakan kekerasan seringkali sulit dihindari oleh siswa. Mereka takut dianggap berbeda atau dikucilkan jika tidak mengikuti kelompoknya.

Dalam kelompok teman sebaya, seringkali terbentuk hierarki sosial yang kuat. Mereka yang dianggap populer atau memiliki pengaruh besar akan menjadi panutan bagi anggota lainnya. Tekanan untuk mengikuti norma kelompok yang sudah terbentuk menjadi sangat kuat, sehingga siswa merasa sulit untuk menolak ajakan untuk terlibat dalam tindakan kekerasan.

Media Massa: Paparan media massa yang mengandung unsur kekerasan dapat memengaruhi perilaku anak. Mereka mungkin meniru adegan kekerasan yang dilihatnya dalam film, televisi, atau video game.

Paparan terus-menerus terhadap adegan kekerasan dalam media massa dapat membuat anak-anak menganggap kekerasan sebagai hal yang biasa dan dapat diterima. Mereka mungkin mulai menoleransi atau bahkan membenarkan tindakan kekerasan dalam kehidupan nyata.

Kurangnya Pengawasan: Pengawasan yang kurang dari orang tua dan guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan tindakan kekerasan.

Kesibukan orang tua dalam bekerja seringkali membuat mereka kurang memiliki waktu untuk mengawasi aktivitas anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak memiliki lebih banyak waktu luang yang dapat mereka gunakan untuk kegiatan yang tidak produktif, termasuk terlibat dalam tindakan kekerasan.

Masalah Psikologis: Beberapa siswa yang mengalami masalah psikologis, seperti depresi atau kecemasan, cenderung lebih mudah terlibat dalam tindakan kekerasan.

Depresi yang tidak tertangani dapat membuat seseorang merasa putus asa dan kehilangan harapan. Dalam kondisi seperti ini, tindakan kekerasan dapat menjadi cara mereka untuk melampiaskan emosi negatif yang mereka rasakan.

Ketidakmampuan Mengelola Emosi: Ketidakmampuan siswa dalam mengelola emosi, seperti marah atau frustrasi, dapat memicu terjadinya konflik dan kekerasan.

Ketidakmampuan mengelola emosi seringkali diiringi dengan impulsivitas. Siswa yang impulsif cenderung bertindak tanpa berpikir panjang, sehingga mudah terpancing emosi dan melakukan tindakan kekerasan.

Upaya Mencegah Kekerasan di Sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun