Tekanan Teman Sebaya: Tekanan dari teman sebaya untuk ikut terlibat dalam tindakan kekerasan seringkali sulit dihindari oleh siswa. Mereka takut dianggap berbeda atau dikucilkan jika tidak mengikuti kelompoknya.
Dalam kelompok teman sebaya, seringkali terbentuk hierarki sosial yang kuat. Mereka yang dianggap populer atau memiliki pengaruh besar akan menjadi panutan bagi anggota lainnya. Tekanan untuk mengikuti norma kelompok yang sudah terbentuk menjadi sangat kuat, sehingga siswa merasa sulit untuk menolak ajakan untuk terlibat dalam tindakan kekerasan.
Media Massa: Paparan media massa yang mengandung unsur kekerasan dapat memengaruhi perilaku anak. Mereka mungkin meniru adegan kekerasan yang dilihatnya dalam film, televisi, atau video game.
Paparan terus-menerus terhadap adegan kekerasan dalam media massa dapat membuat anak-anak menganggap kekerasan sebagai hal yang biasa dan dapat diterima. Mereka mungkin mulai menoleransi atau bahkan membenarkan tindakan kekerasan dalam kehidupan nyata.
Kurangnya Pengawasan: Pengawasan yang kurang dari orang tua dan guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan tindakan kekerasan.
Kesibukan orang tua dalam bekerja seringkali membuat mereka kurang memiliki waktu untuk mengawasi aktivitas anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak memiliki lebih banyak waktu luang yang dapat mereka gunakan untuk kegiatan yang tidak produktif, termasuk terlibat dalam tindakan kekerasan.
Masalah Psikologis: Beberapa siswa yang mengalami masalah psikologis, seperti depresi atau kecemasan, cenderung lebih mudah terlibat dalam tindakan kekerasan.
Depresi yang tidak tertangani dapat membuat seseorang merasa putus asa dan kehilangan harapan. Dalam kondisi seperti ini, tindakan kekerasan dapat menjadi cara mereka untuk melampiaskan emosi negatif yang mereka rasakan.
Ketidakmampuan Mengelola Emosi: Ketidakmampuan siswa dalam mengelola emosi, seperti marah atau frustrasi, dapat memicu terjadinya konflik dan kekerasan.
Ketidakmampuan mengelola emosi seringkali diiringi dengan impulsivitas. Siswa yang impulsif cenderung bertindak tanpa berpikir panjang, sehingga mudah terpancing emosi dan melakukan tindakan kekerasan.
Upaya Mencegah Kekerasan di Sekolah