Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung di Saat Hujan: Kisah Keramahan Warga yang Menginspirasi

3 Oktober 2024   14:14 Diperbarui: 3 Oktober 2024   16:45 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah petugas Kec. Sukasari sedang melakukan pengecekan kesiapan drumpori menjelang musim hujan di Kota Bandung, Jabar. | KOMPAS/ SAMUEL OKTORA

Bandung, kota kembang yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan keindahan alamnya, memiliki pesona tersendiri saat musim hujan tiba.

Rintik hujan yang menyapa bumi seolah menjadi iringan bagi kehidupan warga kota ini.

Namun, yang lebih menarik adalah kebiasaan ramah dan gotong royong warga Bandung dalam menyambut musim hujan.

Sebuah pemandangan yang patut diapresiasi dan bahkan membuat kita geleng-geleng kepala karena saking menginspirasinya.

Saat langit mulai mendung dan rintik hujan pertama jatuh, warga Bandung tidak lantas panik atau mengeluh.

Sebaliknya, mereka menyambutnya dengan suka cita.

Banyak di antara mereka yang memilih untuk berteduh di teras rumah sambil menikmati secangkir teh hangat.

Selain itu, saat hujan jatuh mereka ditemani buku atau obrolan ringan dengan antar  tetangga kiri dan kanan.

Suasana kekeluargaan yang hangat begitu terasa, seolah hujan menjadi pemersatu bagi seluruh warga.

Keramahan warga Bandung saat musim hujan juga terlihat dari kebiasaan mereka saling membantu.

Jika ada tetangga yang rumahnya tergenang air, dengan sigap warga sekitar akan bergotong royong untuk membersihkan dan memindahkan barang-barang.

Tak jarang, mereka juga menyediakan makanan dan minuman untuk para korban banjir.

Tindakan-tindakan kecil ini mungkin terlihat sederhana, namun memiliki makna yang sangat besar bagi mereka yang membutuhkan.

Selain itu, warga Bandung juga memiliki inisiatif yang kreatif untuk mengatasi masalah yang timbul akibat hujan.

Misalnya, mereka membuat saluran drainase sederhana di depan rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya genangan air.

Ada pula yang menanam tanaman air di sekitar rumah sebagai upaya untuk menyerap air hujan.

Semangat gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan inilah yang membuat Bandung semakin layak disebut sebagai kota yang ramah.

Kisah warga Bandung

Payung untuk Sahabat Sekejap

Di tengah guyuran hujan deras, seorang anak muda sebut saja Andi sedang bergegas menuju tempat kerja.

Saat melintas di sebuah perempatan, ia melihat seorang nenek yang tampak kebingungan mencari perlindungan dari hujan.

Tanpa ragu, Andi segera menghampiri nenek itu dan menawarkan separuh payungnya.

"Nenek, boleh ikut berteduh?" tanya Andi dengan ramah.

Nenek itu pun menerima tawaran Andi dengan penuh rasa terima kasih.

Mereka berdua berjalan beriringan, mengobrol tentang berbagai hal.

Walaupun hanya sebentar, momen berbagi payung itu meninggalkan kesan mendalam bagi keduanya.

Andi merasa senang karena bisa membantu orang lain, sementara nenek itu merasa hangat karena kebaikan hati Andi.

Hangatnya Semangkuk Bakso

Setiap sore, saat hujan mulai turun, Ibu Tati selalu menyiapkan semangkuk bakso hangat di depan rumahnya.

Bakso buatannya memang terkenal enak dan menjadi favorit banyak orang.

Namun, yang lebih istimewa adalah kebiasaan Ibu Tati untuk membagikan bakso tersebut kepada tukang becak yang melintas di depan rumahnya.

Ibu Tati memiliki kebiasaan mempersilahkan tukang becak mencicipi bakso buatannya.

Para tukang becak pun merasa senang dan terharu dengan kebaikan Ibu Tuti.

Mereka merasa diperhatikan dan tidak sendirian saat bekerja di tengah hujan.

Bagi Ibu Tuti, berbagi makanan adalah bentuk kepedulian terhadap sesama.

Gotong Royong Membersihkan Saluran

Di sebuah gang kecil di kawasan Bandung, warga bergotong royong membersihkan saluran drainase yang tersumbat.

Saat musim hujan, saluran yang tersumbat sering menyebabkan banjir di sekitar rumah mereka.

Namun, mereka tidak menyerah dan terus berusaha untuk menjaga lingkungan mereka tetap bersih.

Dengan semangat gotong royong, mereka bahu-membahu membersihkan saluran drainase.

Ada yang membawa cangkul, ada yang membawa ember, dan ada pula yang membawa sapu lidi.

Meskipun pekerjaan itu cukup berat, mereka melakukannya dengan penuh suka cita.

Setelah selesai, mereka merasa puas karena telah berkontribusi untuk lingkungan sekitar.

Perpustakaan Mini di Bawah Pohon

Seorang guru muda bernama Ina memiliki ide yang unik untuk mengisi waktu luang anak-anak saat musim hujan.

Ia membuat perpustakaan mini di bawah pohon besar di dekat rumahnya.

Ina mengumpulkan buku-buku bekas dari teman dan tetangganya, kemudian menyusunnya rapi di sebuah rak sederhana.

Setiap sore, anak-anak di sekitar rumahnya berkumpul di bawah pohon untuk membaca buku.

Ina juga sering bercerita dan bermain bersama mereka.

Perpustakaan mini ini menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak untuk belajar dan bermain sambil menunggu hujan reda.

Dampak Positif bagi Masyarakat

Meningkatnya Rasa Kebersamaan:

Solidaritas: Kebiasaan saling membantu dan berbagi menciptakan ikatan yang kuat antarwarga, membentuk komunitas yang solid.

Percaya Diri: Lingkungan yang saling mendukung membuat individu merasa lebih percaya diri dan memiliki tempat untuk bergantung.

Kualitas Hidup: Interaksi sosial yang positif berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup mental dan emosional.

Dampak Positif bagi Lingkungan

Terjaganya Kebersihan Lingkungan:

Kebiasaan gotong royong membersihkan lingkungan secara bersama-sama menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan.

Inisiatif seperti bank sampah atau pemilahan sampah menjadi lebih mudah dilakukan karena adanya dukungan dari masyarakat.

Lingkungan yang bersih mengurangi risiko pencemaran air, tanah, dan udara.

Kesimpulan

Keramahan bukan sekadar slogan, melainkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Bandung. Sikap ini terlihat jelas saat musim hujan, di mana warga saling membantu dan berbagi.

Warga Bandung tidak hanya sekadar ramah, tetapi juga aktif dalam aksi nyata. Mereka bergotong royong membersihkan lingkungan, membantu sesama yang kesulitan, dan menciptakan inisiatif positif untuk komunitas.

Keramahan warga Bandung membawa dampak positif yang luas, baik bagi masyarakat itu sendiri maupun lingkungan. Mulai dari meningkatnya rasa kebersamaan, terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman, hingga terjaganya kebersihan lingkungan.

Kisah-kisah keramahan warga Bandung menjadi inspirasi bagi banyak orang, baik di dalam maupun di luar kota Bandung. Sikap saling peduli dan gotong royong adalah nilai-nilai universal yang dapat diterapkan di mana saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun