Keteladanan pemimpin memiliki dampak langsung terhadap kinerja pemerintahan. Jika seorang pemimpin berintegritas dan konsisten dalam menjalankan tugasnya, maka seluruh aparatur negara akan termotivasi untuk bekerja lebih baik.
Sebaliknya, jika pemimpin tidak memberikan contoh yang baik, maka akan sulit bagi pemerintahan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah ditetapkan.
Kedua, mendengarkan aspirasi masyarakat. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu terbuka terhadap masukan dan kritik dari masyarakat.
Mendengarkan aspirasi masyarakat adalah jantung dari kepemimpinan yang demokratis. Ketika seorang pemimpin membuka diri terhadap masukan dan kritik, ia menunjukkan bahwa ia menghargai suara rakyatnya.
Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan antara pemimpin dan masyarakat, tetapi juga memastikan bahwa kebijakan yang diambil relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan yang baik lahir dari proses dialog yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat. Dengan mendengarkan aspirasi masyarakat, pemimpin dapat memperoleh informasi yang lebih komprehensif dan akurat untuk merumuskan kebijakan yang tepat.
Kebijakan yang dihasilkan dari proses partisipatif cenderung lebih efektif dan memiliki tingkat penerimaan yang lebih tinggi di masyarakat.
Meskipun penting, mendengarkan aspirasi masyarakat bukanlah hal yang mudah. Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, seperti perbedaan pendapat, kepentingan yang beragam, dan tekanan politik.
Selain itu, pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk menyaring informasi yang relevan dan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan masukan yang diterima.
Ketiga, memprioritaskan kesejahteraan rakyat. Semua kebijakan yang diambil harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Memprioritaskan kesejahteraan rakyat berarti menempatkan kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan sebagai prioritas utama.