Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Film Pengkhianatan G30S/PKI Masih Menjadi Perdebatan Hingga Kini?

26 September 2024   20:45 Diperbarui: 26 September 2024   20:53 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam memahami peristiwa sejarah seperti G30S/PKI, penting untuk menghargai pluralisme dan menghindari narasi tunggal. Dengan demikian, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih utuh dan objektif tentang peristiwa tersebut, serta membangun masyarakat yang lebih toleran dan inklusif.

Alasan Lain yang Sering Disebutkan:

Rating: Beberapa stasiun televisi beralasan bahwa film ini masih memiliki rating yang cukup tinggi, sehingga dianggap menarik minat penonton.

Agenda Politik: Ada yang berpendapat bahwa penayangan film ini masih memiliki agenda politik tertentu, baik untuk mempertahankan kekuasaan maupun untuk meraih dukungan politik.

Kurangnya Pendidikan Sejarah: Kurangnya pendidikan sejarah yang kritis dan objektif membuat masyarakat sulit untuk menyaring informasi dan membentuk pandangan yang mandiri mengenai peristiwa G30S/PKI.

Perdebatan yang Terjadi

Kebenaran Sejarah: Banyak pihak yang mempertanyakan akurasi sejarah yang disajikan dalam film ini.

Etika Penayangan: Apakah etis untuk terus-menerus menayangkan film yang berpotensi memicu perpecahan dan trauma?

Alternatif Pendidikan Sejarah: Bagaimana cara mengajarkan sejarah peristiwa G30S/PKI secara lebih objektif dan kritis?

Kesimpulan

Penayangan film Pengkhianatan G30S/PKI merupakan fenomena kompleks yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari sejarah, politik, sosial, hingga budaya. Untuk mencapai pemahaman yang lebih komprehensif, diperlukan diskusi yang terbuka dan rasional, serta upaya untuk membangun narasi sejarah yang lebih inklusif dan objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun