Pemandangan menarik saat saya dan keluarga, Sabtu malam, (10/8/2024) melewati sebuah pusat keramaian di dekat Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Walaupun tempatnya ada dipelosok, tapi suasananya sangat ramai dengan beragam aktivitas masyarakat.
Terletak persis di pusat wilayah Kecamatan Cikancung yaitu di daerah jalan perempatan Cinangka Desa Mandalasari, dekat Puskesmas Cikancung, di situ ramai dengan beragam kegiatan ekonomi masyarakat sekitar dan terlihat begitu padatnya interaksi masyarakat berupa jual beli beraneka ragam kuliner khas daerah atau jajanan pasar.
Di hampir sepanjang jalan Cinangka tersebut berjajar para pedagang kali lima (PKL) yang sejak sore hari hingga malam menjajakan berbagai makanan, minuman dan aneka dagangan lainnya. Terlihat kesibukan yang luar biasa dari sejumlah pedagang yang melayani para pembelinya. Melihat fenomena ini,
PKL di Alun-alun Cikancung Bandung Menumbuhkan Ekonomi Lokal dan Interaksi Sosial
Para pedagang tersebut bukanlah sekedar jajanan pinggir jalan, namun pedagang kaki lima (PKL) di Alun-Alun Kecamatan Cikancung, Bandung, Jawa Barat memiliki peran krusial dalam menopang roda perekonomian daerah. Keberadaan mereka tidak hanya menyediakan beragam pilihan makanan dan minuman, tetapi juga membuka dan menumbuhkan ekonomi lokal di wilyahan Cikancung dan sekitarnya.
Para pedagang kaki lima atau PKL memiliki peran dan kontribusi penting dalam menciptakan dan membuka lapangan kerja. Selain itu, keberadaan mereka sangat mendorong pertumbuhan ekonomi mikro, serta menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bersosial di masyarakat sekitar.
Setelah saya berbincang-bincang dengan salah seorang pedagang mie tek-tek di tempat itu, yakni Mas Karta, aktivitasnya itu sangatlah membantu bahkan menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Mas Karta yang mulai berjualan sejak jam 5 sore itu bisa melayani dan menghabiskan dagangannya sampai jam 10 malam.
Hasil dari jualannya tersebut, jelas Mas Karta dipakai untuk menghidupi keluarganya. Bahkan, jualan mie tek-teknya tersebut adalah usaha pokok yang bisa menghidupi keluarga sehari-hari.
Berhuhung jualan mie nya memakai anglo atau tungku dalam memasaknya yakni memakai arang kayu untuk memasak, maka tiap harinya Mas Karta memerlukan minimal 6-7 kilogram arang kayu yang dipesan dari pemasok dari warga sekitar. Untuk itu, kata Mas Karta usahanya tersebut tidak hanya bisa melangsungkan kehidupan ekonomi keluarganya tapi juga untuk orang lain.
Sementara itu, Bu Imas salah seorang pengunjung yakni penduduk sekitar mengatakan bahwa dirinya sangat senang, saat ini bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mudah dengan hanya bisa berjalan kaki dari tempat tinggalnya. Ia mengatakan para PKL sangat membantu dalam penyediaan kebutuhan sehari-hari, terutama untuk kebutuhan aneka makanan.
Selain itu, Bu Imas mengungkapkan bahwa keberadaan beberapa PKL pada sore hingga malam hari membuat daerah tempat tinggalnya semakin ramai. Bahkan, ia berujar tak jarang dirinya dan keluarga datang ke tempat itu, hanya sekadar jalan-jalan.
Kesimpulan
Pedagang kaki lima (PKL) di Cikancung, Bandung, memiliki peran yang jauh lebih besar daripada sekadar menyediakan jajanan. Keberadaan mereka memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. Beberapa poin penting yang bisa kita ambil adalah:
Pertama, mereka sebagai tulang punggung ekonomi mikro. PKL menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak keluarga, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dari tingkat paling dasar.
Kedua, terciptanya peluang kerja. Dengan membuka lapangan kerja, PKL membantu mengurangi angka pengangguran di daerah tersebut.
Ketiga, terwujudnya pelestarian kuliner lokal. PKL seringkali menjual makanan dan minuman khas daerah, sehingga turut melestarikan kekayaan kuliner lokal.
Keempat, daya tarik wisata. Keberadaan PKL dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga berpotensi meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.
Kelima, keterikatan sosial. PKL menjadi tempat berkumpul dan berinteraksi bagi masyarakat, sehingga memperkuat ikatan sosial. Dari berbagai pelosok mereka bisa bertemu dan berkumpul, dalam ikatan sosial kemasyarakatan yang bisa menumbuhkan persaudaraan dan persatuan anatar warga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H