Ronda malam, atau yang sering disebut sistem keamanan lingkungan (siskamling), merupakan tradisi lama masyarakat Indonesia yang memiliki tujuan mulia, yakni menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan
Ronda dalam konteks siskamling memiliki arti berjalan keliling atau berpatroli untuk menjaga keamanan lingkungan. Jadi, ketika kita mendengar kata "ronda malam", artinya adalah sekelompok warga yang bergiliran berjalan kaki atau berkeliling menggunakan kendaraan untuk menjaga keamanan lingkungan mereka di malam hari.
Secara umum, ronda memiliki beberapa arti lain, di antaranya berputar atau bergerak mengelilingi suatu titik atau area dan menjaga untuk melakukan pengawasan atau penjagaan terhadap sesuatu.
Asal-Usul Ronda Malam
Konsep ronda malam sebenarnya sudah ada sejak masa kerajaan-kerajaan di Nusantara. Saat itu, ronda lebih berfungsi sebagai sistem pengawasan dan pertahanan wilayah kerajaan. Pos-pos ronda ditempatkan di titik-titik strategis untuk memantau pergerakan musuh atau ancaman lainnya.
Kemudian, pada masa kolonial, Belanda mengubah fungsi ronda. Pos ronda yang awalnya berfungsi sebagai penanda kekuasaan kerajaan, diubah menjadi batas wilayah administratif. Warga diharuskan menjaga keamanan wilayah masing-masing.
Sedangkan, setelah Indonesia merdeka, sistem ronda malam tetap dipertahankan dan dikembangkan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan. Dalam pelaksanaan ronda malam tak lepas dari yang disebut pos ronda, sebagai tempat atau markasnya warga yang hendak ronda malam.
Seiring dengan perkembangan zaman, pos ronda menjadi tempat berkumpulnya warga untuk berkoordinasi dan berjaga. Pos ronda sering kali dilengkapi dengan bangku-bangku panjang dan meja untuk bersantai. Awalnya, peralatan ronda sangat sederhana, seperti tongkat dan senter. Namun seiring berjalannya waktu, peralatan ronda semakin modern dengan adanya radio komunikasi, CCTV, dan aplikasi berbasis android.
Fungsi Ronda Malam
Fungsi utama ronda malam adalah mencegah terjadinya tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau gangguan keamanan lainnya. Selain itu, ronda malam menjadi ajang silaturahmi antar warga, sehingga memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong. Ronda malam juga membantu menjaga ketertiban lingkungan, seperti mencegah terjadinya keributan atau gangguan ketenangan.
Tantangan Ronda Malam di Era Modern
Meskipun memiliki banyak manfaat, ronda malam juga menghadapi sejumlah tantangan di era modern, seperti, kurangnya partisipasi warga, perubahan gaya hidup dan adanya sistem keamanan modern.
Kurangnya partisipasi warga. Kesibukan aktivitas sehari-hari membuat banyak warga enggan ikut ronda. Maka tak heran jika digulirkan program ronda malam di lingkungan warga enggan untuk mengikutinya alias tidak ingin peduli dan berpartisipasi.
Faktor penghambat lainnya adalah adanya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang semakin individualistis memang menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan semangat gotong royong, termasuk dalam kegiatan siskamling, mulai luntur.
Perkembangan teknologi yang pesat membuat orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan berbagai aktivitas yang melibatkan gadget, sehingga interaksi sosial langsung dengan tetangga semakin berkurang. Di beberapa daerah, tingkat keamanan sudah cukup terjamin sehingga membuat sebagian masyarakat merasa tidak perlu lagi ikut ronda.
Nilai-nilai individualisme yang semakin menonjol membuat orang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali ronda malam, antara lain:
1. Sosialisasi
Melakukan sosialisasi secara berkala tentang pentingnya gotong royong dan manfaat siskamling. Sosialisasi memang menjadi kunci utama untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong dalam siskamling.
Namun, sosialisasi yang efektif membutuhkan strategi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat terserap dengan baik oleh masyarakat.
2. Inovasi
Memperbarui sistem siskamling dengan melibatkan teknologi, misalnya dengan membuat aplikasi untuk mengatur jadwal ronda atau melaporkan kejadian.
Memanfaatkan teknologi untuk memperbarui sistem siskamling memang menjadi langkah yang sangat tepat di era digital seperti sekarang. Dengan adanya aplikasi, kegiatan ronda malam bisa menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik bagi generasi muda.
3. Pemberian Insentif
Memberikan penghargaan atau insentif bagi warga yang aktif dalam kegiatan siskamling. Memberikan penghargaan atau insentif memang dapat menjadi motivasi tambahan bagi warga untuk lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan siskamling. Penghargaan tidak hanya bersifat materi, tetapi juga non-materi yang dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi penerima.
4. Melibatkan Pemuda
Melibatkan generasi muda dalam kegiatan siskamling untuk menumbuhkan semangat gotong royong sejak dini. Melibatkan generasi muda dalam kegiatan siskamling adalah langkah yang sangat strategis untuk menumbuhkan semangat gotong royong sejak dini. Generasi muda memiliki energi yang melimpah dan ide-ide segar yang dapat memperkaya kegiatan siskamling.
5. Kerja sama dengan Pemerintah
Bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberikan dukungan dan fasilitas bagi kegiatan siskamling. Kerja sama dengan pemerintah setempat adalah kunci keberhasilan dalam mengembangkan dan meningkatkan kegiatan siskamling.
Selain itu, kita juga perlu menanamkan kembali nilai-nilai gotong royong sejak dini kepada anak-anak. Dengan begitu, diharapkan generasi mendatang dapat lebih menghargai pentingnya kebersamaan dan saling membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H