Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung

31.03.24 - Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Jualan di Trotoar: antara Peraturan dan Kebutuhan

29 Juni 2024   17:18 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - PKL di Cileunyi, Bandung, Jawa Barat (Dok. Pribadi)

Pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di trotoar merupakan pemandangan umum di banyak kota di Indonesia, termasuk di Bandung, Jawa Barat.

Di sepanjang jalan dari Cibiru, Cileunyi, Rancaekek hingga ke Cicalengka Kabupaten Bandung trotoar jalan raya tidak lepas dari pedagang kaki lima (PKL) menjajakan aneka dagangan atau usaha lainnya, seperti penjual gorengana, warkop hingga tukang tambal ban.

Di kawasan Cinunuk Kabupaten Bandung, nampak sederet komunitas pedagang kanlot motor dan aksesoris motor lainnya, seperti lampu, sayap dan stiker motor. Masuk ke Cileunyi terlihat di kiri kanan trotoar Jalan Bandung Cileunyi berderet penjual tahu Sumedang, ubi Cilembu dan aneka oleh-oleh makanan lainnya.

Apalagi saat melintas di kawasan Rancaekek  dekat kawasan pabrik kahatek, sunson dan kwalram, trotoar jalan yang semestinya untuk kenyamanan pejalan kaki dipakai para PKL untuk mengais rezeki guna menyambung hidup.

Pemandangan yang serupa sama terlihat di daerah lainnya, seperti di kawasan pinggir jalan di Kadungora dan Leles Kabupaten Garut. Di situ hampir di sepanjang jalan terlihat para pedangang oleh-oleh khas Garut yaitu burayot dan pedagang jenis lainnya.

Di satu sisi, keberadaan mereka memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau.

Di sisi lain, keberadaan mereka juga menimbulkan dilema, karena trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi kenyamanan untuk pejalan kaki menjadi terhambat.

Ilustrasi - PKL di Cileunyi, Bandung, Jawa Barat (Dok. Pribadi)
Ilustrasi - PKL di Cileunyi, Bandung, Jawa Barat (Dok. Pribadi)

Dampak Positif PKL di Trotoar:

Pertama, menyediakan akses ekonomi bagi masyarakat. Bagi banyak PKL, berjualan di trotoar merupakan satu-satunya sumber penghasilan mereka. Hal ini membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga.

Kedua, menyediakan barang dan jasa dengan harga terjangkau. PKL umumnya menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan toko-toko besar. Hal ini membantu masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, untuk mendapatkan kebutuhan mereka dengan lebih mudah.

Ketiga, menyemarakan suasana kota. Kehadiran PKL di trotoar dapat membuat suasana kota menjadi lebih hidup dan semarak.

Dampak Negatif PKL di Trotoar:

Pertama, mengganggu pejalan kaki. Trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki menjadi terhambat oleh keberadaan PKL. Hal ini dapat membahayakan keselamatan pejalan kaki, terutama lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

Kedua, menimbulkan kemacetan. PKL yang berjualan di trotoar dapat menyebabkan penyempitan jalan dan mengganggu kelancaran lalu lintas.

Ketiga, menyebabkan sampah dan kotoran. Aktivitas PKL di trotoar dapat menghasilkan sampah dan kotoran yang menumpuk, sehingga membuat trotoar menjadi kumuh dan tidak nyaman digunakan.

Keempat, melanggar peraturan. Berjualan di trotoar umumnya melanggar peraturan daerah yang mengatur tentang penggunaan trotoar.

Solusi Dilema PKL di Trotoar:

Pemerintah menyediakan tempat berjualan yang layak bagi PKL, seperti pasar tradisional atau sentra PKL. Membina dan melatih PKL agar mereka dapat berjualan dengan lebih tertib, tidak mengganggu ketertiban umum dan menegakkan peraturan daerah tentang penggunaan trotoar dengan tegas dan adil.

PKL Bersedia untuk direlokasi ke tempat yang disediakan oleh pemerintah, menjaga kebersihan dan ketertiban di sekitar tempat berjualan mereka dan mematuhi peraturan daerah yang berlaku.

Masyarakat menghargai keberadaan PKL dan membeli dagangan mereka. Di sisi lain para PKL harus membiasakan diri untuk menggunakan trotoar sesuai dengan fungsinya. Bekerja sama dengan pemerintah dan PKL untuk mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak.

Menemukan solusi yang tepat untuk dilema PKL di trotoar membutuhkan kerja sama dari semua pihak, yaitu pemerintah, PKL, dan masyarakat. Dengan dialog dan kerja sama yang konstruktif, diharapkan dapat ditemukan solusi yang adil dan berkelanjutan, sehingga trotoar dapat difungsikan dengan baik untuk kepentingan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun