Hari ini, Kamis, 2 Mei 2024 bangsa Indonesia sedang memperingati hari pendidikan nasional (Hardiknas). Di tiap instansi, khususnya lembaga pendidikan jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK sampai perguruan tinggi merayakannya dengan beragam kegiatan.
Walaupun, hari pendidikan nasional ini oleh pemerintah tidak ditetapan sebagai hari libur nasional, namun tidak sedikit insan pendidikan gempita memperingati dan merayakannya dengan berbagai kegiatan, seperti upacara, perlombaan, kreasi seni, renungan dan lain sebagainya.
Sangat wajar, jika para insan pendidikan, terutama di dunia pendidikan menggelar dengan penuh khidmat dan sukacita. Karena di hari inilah momentum untuk mengenang sang pelopor pendidikan Indonesia, sekaligus sebagai menteri pendidikan Indonesia (waktu menteri pengajaran) yakni Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah lelaki Jawa, bangsawan, aktivitas pergerakan  kemerdekaan Indonesia, politisi dan guru bangsa adalah seorang pejuang pendidikan Indonesia yang terkenal saat itu, melalui artikel-artikel kritisnya membuat telinga sang penjajah memerah dan marah, kemudian dengan pemikiran kritisnya Ki Hadjar Dewantar, sering kali diasingkan.
Untuk mengenang, menghormati dan menghargai jasa perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pergerakan perjuangan di bidang pendidikan, maka pemerintah Indonesia pada tahun 1956 menetapkan Ki Hadjar Dewantara sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara yang sangat luar biasa berjuang melalui intelektualnya untuk negeri ini, termasuk ia yang menggagas berdirinya Taman Siswa, maka pemerintah pun memberikan penghargaan melalui dedikasinya dengan menetapkan tanggal kelahirannya yakni 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Dalam mengisi hari pendidikan nasional, warga Indonesia dibenarkan dengan menggelar aneka kegiatan positif. Namun, hakikat atau makna yang sebenarnya bagi insan pendidikan di Hardiknas ini adalah bagaimana menyelami tiga semboyan yang digelorakan Ki Hadjar Dewantara yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.
Tiga semboyan atau falsafah pendidikan yang dicetus Ki Hadjar Dewantara itu, kini haruslah dikibarkan kembali ke berbagai pelosok negeri. Semboyan tersebut harus terus terpatri dalam tiap sanubari pengabdi budi pekerja yakni para pendidik sejati.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha mengandung arti di depan memberikan contoh atau teladan yang baik. Setiap pemimpin atau sang pendidik, apakah itu seorang guru, dosen atau istilah jenis lainnya bagi sang pengajar, wajib bagi dirinya menjadi teladan atau contoh serta panutan bagi murid-muridnya.
Sebaliknya, seorang pendidik pantrang dan sangat dilarang untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Seorang pendidik tidaklah dibenarkan untuk melakukan perbuatan hina, karena jika itu dilakukan seorang pendidik, maka bisa kita bayangkan bagaimana murid yang ada di belakangnya.