Mohon tunggu...
Jujun Junaedi YAG
Jujun Junaedi YAG Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung

Apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain (QS 94:7)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Puasa Syahwat Kekuasaan pada Bulan Ramadhan

4 Maret 2024   07:14 Diperbarui: 4 Maret 2024   08:08 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puasa Kekuasaan (Foto: Freepik)

Setiap diri manusia pasti memiliki keinginan atau kecenderungan ingin memiliki dan menghendaki sesuatu. Keinginan tersebut akan diraihnya dengan berbagai cara. Melalui cara yang benar, tapi tidak sedikit orang untuk meraih keinginannya dengan cara yang salah.

Keinginan terhadap sesuatu tersebut adalah dorongan syahwat. Syahwat sendiri merupakan tabiat yang ada pada tiap diri manusia. Syahwat bukan untuk dimatikan/ditiadakan, tapi syahwat itu tetap dibiarkan ada. Hanya manusia harus bisa meredam dan mengendalikan syahwat tersebut agar tidak keluar dari koridor agama dan norma yang ada.

Syahwat manusia dalam kehidupan di dunia begitu luas dan besar, seperti dorongan untuk mendapatkan makanan, minuman, perumahan, bahkan dalam kehidupan dikenal  ada syahwat kekuasaan. Syahwat kekuasaan, terlihat identik negatif, karena seolah-olah manusia ingin mencapai kekuasaannya dengan berbagai cara walaupun dengan cara yang kotor.

Sebentar lagi akan memasuki bulan yang agung penuh berkah, yakni bulan Ramadhan 1445 Hijiriah/2024. Di bulan ini banyak sekali keutamaannya, salah satunya adalah orang beriman diperintahkan untuk berpuasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Puasa Ramadhan dimaksudkan agar yang menjalankannya menjadi orang bertakwa.

Kewajiban berpuasa diperintahkan Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Ayat itu sangat jelas bahwa tujuan berpuasa adalah agar menjadi orang yang bertakwa. Takwa sendiri sudah kita maklumi adalah bisa menbedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Takwa juga bisa dikatakan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan Allah Subhanahu wata'ala.

Untuk itu umat muslim pada bulan Ramadhan, khususnya di siang hari mulai terbit hingga tenggelam matahari diwajibakan berpuasa selama satu bulan penuh. Orang yang berpuasa tidak dibolehkan walaupun sesuatunya itu halal, seperti tidak boleh makan, minum, campur (hubungan biologis) suami istri di siang hari.

Orang yang benar-benar berpuasa di siang hari pada bulan Ramadhan, akan bisa menahan syahwatnya untuk melakukan sesuatu yang halal di luar waktu itu, seperti makan, minum, dan hubungan biologis suami istri. Tapi ada satu hal lagi yang harus dilaksanakan saat berpuasa disamping yang disebutkan tadi, yaitu puasa syahwat kekuasaan.

Syahwat kekuasaan yang saya pahami adalah bagaimana seseorang ingin mendapatkan sesuatu guna menjalankan kewenangannya dalam menjalankan pemerintahan. Karena kekuasaan identik dan erat kaitannya dengan seseorang/kelompok orang yang bisa membuat dan menjalankan program serta kebijakan yang dimilikinya.

Pada bulan ini dan bulan-bulan sebelumnya dan kemungkinan masih berlangsung untuk bulan-bulan selanjutnya bangsa Indonesia disibukan dengan urusan politik. Rakyat Indonesia sedang menjalankan pesta demokrasi 5 tahunan yaitu memilih wakil rakyat (caleg/senator) DPR, DPRD, DPD dan pemilihan calon Presiden dan calon Wakil Presiden.

Mereka semua tiada lain ingin mendapatkan jabatan dan kekuasaan. Jabatan itu dalam pandangan Islam adalah amanah yang mesti ditunaikan dengan baik penuh rasa tanggung jawab.

Tapi sayang, tidak sedikit para politisi dalam meraup keinginannya tidak memperhatikan cara-cara yang baik, cara-cara yang dibenarkan oleh agama dan hukum negara yang ada. Mereka melakukan praktik-praktik kotor, seperti mencela, menyogok calon pemilih, dan lain sebagainya.

Maka tidak heran disaat nanti mereka berkuasa, tidak sedikit akan melakukan praktik-praktik kotor seperti sewenang-wenangan dalam membuat kebijakan dan berbuat korup alias akan melalukan kedzoliman untuk rakyat yang dipimpinnya. Naudzubillah.

Jadi, momen Ramadhan tahun ini harus dijadikan saat yang tepat untuk introspeksi diri dan merenung apakah perbuatan selama ini sudah benar atau salah.

Pada Ramadhan hendaklah setiap diri yang beriman untuk berpuasa syahwat kekuasaan.  Harus berani berhenti agar syahwat kekuasaan tidak menguasai diri. Harus diingat bahwa setiap kekuasaan ada batas waktunya dan suatu saat akan berhenti. Kemuadian yang pasti, bahwa kekuasaan akan dimintai pertanggung jawaban, baik di dunia ataupun akhirat.

Maka, puasalah dari syahwat kekuasaan! puasa kekuasaan bukanlah di bulan Ramadhan saja, tapi harus berpuasa di bulan-bulan lainnya. Jadikan momen Ramadhan saat yang tepat untuk mengawali puasa syahwat kekuasaan. Wallahualam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun