Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia senantiasa beribadah kepada-Nya.
Quran surat Az-Zariyat ayat 56 menyebutkan "wa maa kholaqtul-jinna wal-ingsa illaa liya'buduun" artinya Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Tetapi, tidak sedikit diantara manusia yang lalai terhadap tugas tersebut. Bahkan, banyak manusia yang ingkar dan lari dari perintah-Nya.
Padahal, hakikatnya manusia adalah makhluk yang ingin dikasihani dan disayang oleh Rabbnya yaitu Allah SWT.
Lalu, bagaimana caranya agar kita sebagai makhluk supaya dikasihani dan disayang Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Quran surat ke 25, Al-Furqan Ayat 63 yang berbunyi "wa 'ibaadur-rohmaanillaziina yamsyuuna 'alal-ardhi haunaw wa izaa khoothobahumul-jaahiluuna qooluu salaamaa".
Artinya "adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam,".
Jadi, hamba Allah yang terkasih menurut QS. Al-Furqan ayat 63 adalah:
Pertama, orang yang senantiasa rendah hati yaitu orang yang tidak sombong.
Orang yang rendah hati akan Allah tinggikan derajatnya di Dunia dan Akhirat
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ تَوَاضَعَ لِلهِ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَّبَرَ وَضَعَهُ اللهُ}.
Artinya:
“Nabi SAW bersabda: ‘Barang siapa yang tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajat) nya (di dunia dan akhirat). Dan siapa yang sombong maka Allah akan merendahkannya.” (HR Imam Ibnu Mandah dan Imam Abu Nu’aim).
Dalam riwayat lain disebutkan:
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya:
“Tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR Muslim)
Kedua, membalas keburukan dengan kebaikan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Quran surat Fushilat ayat 34, yang artinya:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman "wa laa tastawil-hasanatu wa las-sayyi-ah, idfa' billatii hiya ahsanu fa izallazii bainaka wa bainahuu 'adaawatung ka-annahuu waliyyun hamiim"
Artinya:
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia."
Jika seseorang melakukan keburukan terhadapmu, terlebih khusus lagi jika mereka adalah kerabat-kerabatmu, sahabat-sahabatmu, mereka berbuat buruk kepadamu, baik melalui lisan mereka maupun perbuatan mereka, maka balaslah mereka dengan kebaikan.
Jika mereka memutus silaturahmi denganmu, maka sambunglah kembali silaturahmi tersebut. Jika mereka berbuat zholim kepadamu, maka maafkanlah.
Jika mereka menjelek-jelekkanmu, di belakang maupun di hadapanmu, maka jangan engkau jelek-jelekkan mereka kembali, bahkan maafkanlah mereka, dan balas mereka dengan perkataan yang lembut.
Jika mereka mengacuhkanmu, tidak mau berbicara denganmu, maka mulailah salam kepada mereka, sapalah mereka dengan baik.
Semoga bermanfaat...
Wallahu'alam bishawab...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H