Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lombok Larang

30 Desember 2011   08:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu dah sore. Bagong yang asyik main dunia mayapun dipanggil perutnya untuk cari secuil makanan. Di samping komputer jadulnya dia nolah-noleh cari makanan. Tak ada secuil snakpun, hanya tinggal rontokan krupuk yang dibawa lari semut-semut kecil. Bagongpun bertanya pada semut kecil, sambil berdendang dengan lagu gundhul pacul, cuma syairnya diganti.

"Semut-semut cilik lik,
pating kriyip,
apa kowe ngerti ti,
aku luwe,
lamun ngerti kok nggrogoti krupuk kuwi,,

Sambil menuding-nuding semut yang berbaris di bawah meja komputer jadulnya. Bergegas Bagong segera mencabut modem dan shutdown komputer tersebut. Dia berjalan ke warung terdekat sambil merogoh kantongan celananya yang ternyata hanya terdapat uang 500 rupiah.

Bagong: Tumbas tahu bu?
Penjual: 500 mas...
Bagong: lah lomboke pundi?
Penjual: 500 kok jaluk lombok mas, ngerti regane lombok lagi larang,,,
Bagong: Nggih kula leletke sambele mawon nggih.
Penjual: Lha lombok wae ga entuk,,kok njaluk leletan sambel sing komplit sak bumbune..
Bagong: Ming sak dulitan thok bu
Penjual: Niat tuku po ngemis sampeyan ki...sak dulit rong dulit ya padha wae sambelku kelong.
Bagong: Alah gusti, kenapa lombok kok larang.

Sambil makan tahunya Bagong berfikir, negaraku makmur, tanahnya subur, ditanduri apa-apapun jadi. Lha kok Lombok larang. Sebenarnya siapa yang bikin larang, sistem negarane atawa manungsane sik males nandur lombok?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun