Banyak yang bilang "panggil aja aku sesuka hatimu, tidak harus nama." Bahkan selama ada enternet ini banyak sekali orang yang suka mengganti namanya sesuai selera. Apa arti sebuah nama? Pentingkah? Ini mungkin termasuk kategori kepercayaan, tetapi yang namanya kerja alam it sifatnya abstrak dan tidak bisa di raba. Bagaimanapun juga nama punya makna, nama punya maksud. Seperti teman-teman kompasiana sendiri yang berganti nama, itu sudah mewakili emosi saat ini, dan nantinya. Dari nama bisa mungkin bisa ditebak karakternya. Dan tentunya nama itu berhubungan dengan keinginan diri sendiri.
Boleh kan saya bilang bahwa membuat nama samaran itu sekarang sudah menjadi hobi. Bahkan sangat menyenangkan, pasti diantara kita ada yang doble user di kompasiana ini, atau di facebook, tagged, twitter, dan lain-lainnya. Kebiasaan ini bisa diluar kesadaran bisa atas kemauan. Keinginan iseng ngerjain teman, iseng maupun untuk kebanggaan. Lebih kelihatan menarik dan berbau modern serta kebarat-baratan atau lebih ke agamisan. Ini sah-sah saja, tetapi akibat dan resiko dari sebuah nama tetap ada. KOK BISAA????
Maaf ini mungkin sudah ranah tradisi. Bagi orang Jawa percaya bahwa nama itu membawa karakter. Ada banyak kasus orang yang istilahnya kabotan nama (namanya tidak cocok atau terlalu berlebihan). Dan harus diganti dengan nama baru yang lebih simple. Nama sederhana di jawa ini biasanya diambilkan nama hari, sebagai contoh adalah nama saya sendiri. Jumari, dari kata JUMAT ARI, artinya hari jumat. Berarti aku lahir di hari Jumat, gampang kan, makanya ga keberaten nama.
Terinspirasi dari tulisan Bapak Triwidodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H