Sungguh naif, karena dengan diamku.
Sangakamu aku kalah.
Sungguh teledor.
Karena dengan senyumanku
Sangkamu, aku tak peka.
Mungkin aku ingin mengatakan bahwa kamu kurang cerdik.
Karena,
Bahasa verbalmu yang terus bergerak cepat seperti kereta api.
Dan, Â bunyinya tetap sama,
Semakin lama semakin membosankan,
bahkan mengganggu karena kebisingan yang kau timbulkan.
Sebenarnya itu yang menjadikanmu lengah.
Kamu terlalu sibuk untuk bunyi peluitmu,
Kamu terlalu fokus untuk relmu.
Sehingga kamu tidak tahu.
Adalah aku.
Yang selalu memodifikasi bentuk kereta itu,
Mengganti peluitmu yang membosankan,
menjadi bunyi yang menyenangkan.
Membawa suasana tentram dan nyaman.
Dan,
pada akhirnya intelektualitas sepadan dengan perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H