Temaram senja menemani sore ku nan membisu
Dari membisunya suara-suara yang kusahut tuk berdendang indah
Entah kenapa tak ada suara
Hanya bayangan-bayangan saja yang menari bak fatamorgana di tanah yang tandus.
Ketika di pagi itu
Aku menyapamu
Namun kau seakan sibuk menikmati tehmu
Sampai kau tak tahu ada aku yang menyiapkan roti itu
Roti pelengkap teh di pagimu nan ranum
Dan ketika matahari menghempaskan panasnya di bumi ini.
Betapa nampak keringatmu bercucuran karenanya
Dan mengapa tidak kau pilih diam tuk menyejukkan harimu
Tapi malah kau bedendang bersama debu dan bisingnya kota ini.
Sekali lagi karena sibuknya kau dengan harimu
Hingga kau tak tahu ada aku yang menyiapkan makan dan minumanmu.
Malam pun bergegas menemui bintang.
Sedang hujan ditemani angin mengiringi malam ini.
Kau tertidur dan tampak kedinginan.
Aku tahu kau butuh selimut.
Namun tetap kau lena tidur dengan hangatnya selimut yang kupakai untuk malammu yang dingin.
Dan kau terus begitu
Entah sampai kapan...
Padahal aku ingin kau tahu...
Hanya karena-Nya.
Seperti aku melakukan karena-Nya.
Hanya mengharap ridha-Nya.
Karena-Nya aku ihlas untukmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H