Jam istirahat kedua telah selesai, dua jam berikutnya saya tidak ada jam. saya buka-buka karya pentigraf xi bahasa, Membacanya satu persatu aku hanya bisa tersenyum. Tak disangka ternyata teoriku membawa mereka berimajinasi yang luar biasa. Cerita-cerita yang kubaca banyak cerita-cerita diluar nalar bukan yang alamiah atau yang biasa-biasa saja.
Ada yang cerita tentang peri yang mereka jumpai sedang duduk di awan. Ada juga yang bercerita tentang kehidupan zaman purba. dan lain-lain. banyak yang diluar logika. Yah memang itu sebenarnya yang kuharapkan.
Tiba-tiba beberapa anak xi bahasa mendatangiku, nampak dari wajahnya mereka menampakkan keceriaan dan antusiasme. Â
"Ada apa, di kelas ga ada guru?" tanyakau heran banyak dari merka menghampiriku.
"Ada tugas bu, tapi kami sudah ngerjain, boleh keluar kelas." Jawab mereka.
"Bu, tadi cerpen Romlah sudah dibaca belum." Tanyanya semangat.
"Sudah ibu baca semua, bagus-bagus." jawabku sambil tersenyum memandang mereka dengan tersenyum menunggu jawabanku.
"Ya bu, dengan teknik melintas awan yang ibu ajarkan membuat kami asyik berhayal he he he ." kata Rozani menambahkan.
"Bu pengen begitu lagi, nanti pertemuan berikutnya ya bu." Sri Mulyani meminta.
'Apa yang kalian rasakan dengan teknik melintaas awan ini". Tanyaku pada mereka.
Mereka bersahutan menjawab 'Asyik bu terasa terbang ke awan.'asyik bu bebas berinspirasi, enak buu pokoknya kita berhayal berimajinasi sambil melayang-layang ke awan, pokoknya syik buu he he ."Â
Ramai jawaban mereka ku tangkap. Yah aku juga sudah memprediksinya.
Teoriku Melintas awan merupakan teknik menemukan inspirasi dengan leluasa, karena ketika kita memandang langit/awan di atas sana, pandangan kita fokus tanpa ada gangguan-gangguan pandangan-pandangan yang lain yang mengikutinya. Â
Dan dalam posisi seperti itu berdatanganlah ide-ide spesial. (selasai)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H