Suara takbir lebaran bergema ke seluruh penjuru duna. Tanda hari raya idul fitri telah tiba, hari kemenangan umat islam yang telah selesai melaksankan ibadah puasa ramadhan selama satu bulan.Â
Di hari yang fitri ini, kami sekelurga bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat idul fitri, seperti tahun-tahun yang lalu kami mengambil waktu pagi-pagi sekitat pukul lima  lebih lima belas, agar kami dapat posisi di depan.
"Hayu cepat berangkat lebih cepat lebih baik" Ajak ayah pada kami untuk cepat berangkat pagi-pagi ke masjid.
Yah katanya shaf depan lebih bagus nilainya dibanding shaf-shaf di belaknganya, tapi tetap saja intinya nilai sholatlah yang diutamakan. Bagaimana kekhusuan kita melaksnakan sholat. Kami pun sampai di masjid dan memang shaf pertama masih kosong.Â
"Alkhamsulillah, ibu shaf pertama masih kosong nih, kita disini saja yaa...enaknya berangkat pagi-pagi bisa milih tempat." kata anakku yang bungsu.
"Kakak sama ayah hayo ke sana" lanjutnya dengan gembira.
Saya dengan anakku yang bungsu saya masuk ke wilayah muslimah yang sudah disediakan oleh panitia masjid dan ayahnya dengan anak pertama laki-laki saya masuk ke wilayah bapak-bapak.Â
Tiba waktunya pelaksanaan sholat idul fitri sekitar pukul 06. 15. Kami pun sholat dengan diawali suara imam memimpin sholat. Selesailah sholat idul fitri, ceramahpun dimulai.
Isi ceramahnya antara lain bahwa ibadah kita selama satu bulan penuh berkah dan hikmahnya bukan hanya untuk yang menjalankannya tetapi untuk alam dan orang-orang lain. Contohnya ketika lebaran semua orang berlimpah rizki, mengikuti keramaian dan kemeriahaan idul fitri. THR berhamburan untuk setiap orang. Alhhamdulillah. Dan di intinya moment saling maafkan mengarahkan kita muslim untuk bersih kembali tanpa sesak dendam dan amarah, saling memahami kelurangannya masing-masin, karena manusia itu tidak lepas dari kesalahan. Ceramah yang begitu bermakna.
Pulang shalat idul fitri kami bersungkeman. Kami sebagai orang tua menyadari betapa banyak kekurangan-kekurangan kami selama mengurus, membimbing dan mendidik anak-anak kami. Dan anak-anak pun menyadari betapa selama ini kadang ada kesalahpahaman-kesalapahaman yang perlu di selaraskan kembali. Oleh karena itu di moment istimewa ini pun kami saling bermaaf-maafan.Â
"Alkhamdulillah kita sudah sampai di hari bahagia ini dengan saling memaafkan, semoga anak-anakku ini menjadi anak yang soleh dan solehah, aamiin yra." Doa ayah untuk anak-anaknya.
"Sarapannya oke nih ada rendang kesukaan kakak, asyiknya bisa makan pagi lagi he he he." Anakku yang pertama nampak antusias sekali menikmati sarapan pagi di idul fitri ini, dan ketupat pun tak pernah alpa.
"Kak tolong ketupatnya di potongin ya." Pintaku pada anak pertamaku. Dan diapun Memotong-motong ketupat dengan senangnya. Kami sarapan bersama.
Setelah itu kami sekeluarga membuka pinta dan setiap lebaran di gang kami sesama tetanggga saling bersilaturahmi dan saling berbagi, penuh ketulusan dan kebahagiaan.
Setelah acara bersama tetangga selesai kami pun menyiapkan untuk bersilaturahmi ke rumah orang tua dan keluarga besar di kampung.
Tibalah kami ke rumah orang tua. Bunda ku tercinta sudah menunggu kami dengan penuh haru dan bahagia. Kami pun sungkeman dengan beliau. Berdatangan keluarga-keluarga yang lainnya, kakak-kakak dan adik-adikku.
Keluarga besar kami berkumpul dengan khidmatnya saling memaafkan. Begitu mengharukan sekaligus  meriah suasana lebaran.Â
Dan acara yang paling seru adalah tradisi lebaran bagi-bagi angpau. Diawali dari bundaku tercinta sampai ke adikkku yang bungsu. Sungguh teramat meriah dan menggembirakan.
Kami berkumpul berbagi bermacam hal, rizki, cerita dan kebahagiaan.
Idul fitri yang membawa keberkahan dan kebahagiaan buat kami semua.
Semua karena ridho-Mu  ya Allah Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H