Sebuah pengharapan akan hal-hal yang membuat hati mengembara di sebuah dunia yang menjadi impian dalam kehidupan nyata yang ambigu akan persepsi setiap pandangan. Menjelma lara kala menggaungkan rasa yang mengiris hati tapi memang pendengaranku masih jelas ketika ku mendengar  siswa berkata dengan teman-temannya " Aku bukan robot".
Langkahku terasa berat seketika. Aku tertunduk malu akan perasaan yang melingkari hatiku bak mendung yang gelap penghadang birunya langit.Dalam hentiku ku berpura-pura membalas wa seseorang. Padahal sengajaku untuk mau mendengarkan mereka berbicara mengungkapkan isi hati.Â
"Bayangkan teman-teman, di sekolah aku harus belajar banyak, di rumah dengan PR yang berjibun lagi, lalu kapan aku melakukan hobiku, dan ketika kau telat hanya beberapa materi, aku dihukum, ditambah lagi tugasnya, bagaimana ini". lanjutnya lagi mempertahankan pendapatnya.Â
Dia adalah yulia salah satu siswaku. Sepengetahuanku dia anak pendiam, tapi ternyata dia memndam perasaan ketidakpuasan akan hal-hal yang sedang berlaku dalam hidupnya."Kita juga bisa, kamu saja yang memberat-beratkan" hela salah seorang temannya. Â "hah hahah" Mereka tertawa bersama.bahkan yulia pun ikut tertawa.Â
"Relaks relaks friend" kata bina menghibur yulia. Bina pun melanjutkan"Cobalah untuk tidak menunda-nunda pekerjaan , insyaallah semua akan baik-baik saja, dan akan hilang persepsimu bahwa kau ini diperlakukan seperti robot'. "benar juga kamu Bin" jawab yulia dengan penuh semangat. "Intinya bagaimana kita mampu memanajemen waktu". Tambah Yulia. "siiiip" mereka bersamaan mengumandangkannnya.
Obrolan-obrolan mereka terbawa dalam malamku ini. Seharusnya aku sudah tertidur, ternyata masih belum juga mata ini terpejam untuk menikmati tenangnya malam. Belum tidur mah" sapa suamiku. Dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum. " Seperti ada yang dipikirkan' lanjutnya. Aku menganggulk lagi, dan dia pun dudukObrolan-obrolan mereka terbawa dalam malamku ini.
Seharusnya aku sudah tertidur, ternyata masih belum juga mata ini terpejam untuk menikmati tenangnya malam. " disampingku, seperti seorang sahabat yang selalu ada dalam tiap-tiap kehampaan dan kehimpitan yang dirasakan. "Apakah aku salah, kalau selama ini dalam mengajarku selalu memberi tugas rumah yang harus dikerjakan" Tanyaku padanya.Â
Sekarang suamiku bergantian yang menggelengkan kepalanya. "suatu hal yang wajar, ketika kita menmpunyai target tugas harus selesai hari in, ya kita selesaikan dengan membawanya dikerjakan di rumah. Betulkan." Jawabnya dengan tenang.Â
"Tapi siswa-siswa itu bukan kita Pah, mereka masih katagori anak-anak, rasa tanggungjawab pun masih tipis," Aku berkata demikian karena yah memang mereka masih anak-anak. "Ya sudah mulai besok pikirkan strategi buat pembelajaran yang menyenangkan dan bisa selesai di hari  itu" Aku tersenyum mendengar jawabannya. Aku tenang dan akhirnya aku tidur nyenyak.
Pagi ini aku merencanakan suatu pembelajaran yang mampu membawa anak untuk terlibat langsung yah katanya sih active learning. Kubuka buku-buku model-model pembelajaran dan akhirnya kumenemukan sebuah model yang menurutku mampu membawa anak ke pembelajaran yang menyenangkan dan bisa diselesaikan di sekolah.Â
Tepat di jam belajarku, akhirnya aku mempraktekkannya. Dan benar juga suasana belajar aktif dan siswa-siswi pun mampu mengikutinya dengan tanpa rasa bosan. Hatiku tergugah dengan keaktifan dan semangatnya.Â