Saat ini detik ini.
Hati seakan ada di persimpangan jalan.
Haruskah bersedih ataukah bahagia.
Sisi ini merasakan seperti suasana mendung mendera alam.
Dan di sisi yang lain bak berada di pelangi berselancar kesana kemari
Menikmati indahnya.
Bagaimana tak bersedih yang selama ini, idekku,karyaku dia ambil.
Dia porakporandakan apa yang telah aku bangun.
Dia bahagia di atas jerih payah orang lain.
Dia bangga akan milik orang lain, dia berdiri gagah di atas pijakan orang lain.
Biarlah, aku tak akan palingkan pandanganku ke arah lain.
Karena perspektifku dan pola pikirku berbeda.
Aku kan melihatnya dengan sorot mataku dan bening air mataku.
Silakan rayakan kemenangan itu.Â
Dan ingatlah, aku akan baik-baik saja.
Dan di sisi lain ketika pelangi di cakrwala memanggillku untuk bernyanyi.
Ku tersenyum  mengiyakan kusambut uluran tangannya untukku menari dan menikmati anugerah illahi.
Bagaimana aku tak bersyukur, betapa ternyata karyaku, ideku perjuanganku ternyata tak sia-sia.
Meski bukan di atas kibaran benderaku, tapi berkibar di angkasa.
Mengangkat harkat dan martabat.
Aku mengingatmu seutuhnya yaa Illahi, ku yakin bahwa Dirimu tak kan pernah ingkar janji.
Ku ingat  bahwa semua yang kita lakukan kan dipehitungkan walau sebiji zarrah pun.
Tidak ada yang gratis di dunia ini, tak ada yang terlapas dari pandangan-Mu dan perhitungan-Mu.
Bagaimana aku tak bahagia dengan anugerah yang begitu besar yang telah Dirimu berikan.
Dan air mata pun berubah menjadi berlian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H