Kamu berdiri di pinggir karang itu,
Memandang laut dengan deburan ombaknya yang memecahkan keheningan.
Kamu tersenyum puas karena bisa mendakinya  sampai ke atas.
Sendiri kau berusaha
Sendiri kau meraih mimpi
Tanpa ada yang menggengggammu untuk berbagi, untuk menyemangatimu.
Mungkin bisa aku katakan
"Kalau bukan karena kasih sayang Tuhan, kau sudah hancur sehancur-hancurnya.".
Mereka memperlakukanmu begitu miris.
Dia menyakitimu dengan tanpa ampun.
Dan,
dengan segarnya sekarang kau berdiri tegap di atas batu karang dengan gagahnya.
Kalau bukan karena iba-Nya.
Kau tidak akan bisa ke sana.
Aku melihatmu dengan tersenyum,
Kamu luar biasa, di hati-Nya kau begitu spesial, yah karena kesabaranmu.
Karena sifat halusmu yang selama ini kau pegang.
"Biarlah siapapun memperlakukanku dengan buruk,
aku tetap tidak akan membalasnya, karena tidak ada orang yang mau diperlakukan buruk"
Apakah itu namanya ikhlas atau apa?
Aku tidak tahu.
Yang jelas betapa kau begitu keras pada dirimu sendiri.
Demi mempertahankan prinsipmu.
Karena kau percaya bahwa Tuhan sangat baik padamu.
Tuhan tidak akan membiarkanmu jatuh terpuruk menjadi buruk.
Tuhan tidak akan mengabaikanmu tuk terus mengangkatmu.
Tuhan begitu kasih padamu.
Kamu begitu percaya bahwa Tuhan akan selalu ada untukmu.
Katamu.
"Ketika seluruh dunia ini membenciku,
meninggalkanku, atau bisa saja berbalik menghantamku.
Aku tidak takut. Karena ketika aku  sendiri.
Tuhan berkata "Ada Aku yang akan menolongmu', Tuhan tidak pernah ingkar janji".
Keyakinanmu yang begitu hebat itu.
Mengantarkanmu sampai ke sana ke atas batu karang itu.
Langit pun memandangmu dengan lembut
Matahari tersenyum menyapa.
Dan angin membelaimu dengan desiran halusnya.
Aku merasakan betapa sejuk hatimu.
Tetesan air matamu tiba-tiba menitik perlahan.
Tanda syukur yang begitu dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H