Pulang Pisau - Kamis, 28 Juli 2022 Kelompok KKN Kebangsaan Desa Pangkoh Hilir, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa KKN yaitu Alfiyah (Pendidikan Bahasa dan Seni), Dimas Kusmayadi A (Perikanan), Eko Prasetyo (Budidaya Pertanian), Helda Novita Indah Siburian (Kimia), M. Riza (Akuntansi), Novia Nadila Deana Lengkoan (Ilmu Administrasi), Â Rusda Damayanti (Perikanan), Septian Adji Nugroho (Pendidikan Teknologi dan Kejuruan), Sosa Hidjria Audia (Antropologi Budaya), dan Triyani Wulandari (Agribisnis).
Dr. Ir. Yuni Erlina, M.Si. meriset secara mandiri tentang permasalahan yang sering terjadi pada warga Desa Pangkoh Hilir yaitu banyaknya limbah rumah tangga yang terbuang sia-sia dan kesulitan dalam bercocok tanam karena keterbatasan lahan dan tanaman yang tidak tumbuh dengan baik atau tidak subur, maka Ibu Yuli selaku DPL menyarankan pembuatan program kerja yang dapat membantu warga desa mengatasi permasalahan tersebut. Atas dasar permasalahan dan saran dari DPL maka, mahasiswa KKN Kebangsaan Desa Pangkoh Hilir membuat program kerja pembuatan PORASI (Pupuk Organik Cara Fermentasi).
Mahasiswa KKN Kebangsaan Desa Pangkoh Hilir melakukan sosialisasi dan praktik pembuatan PORASI padat/kering yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami dengan memanfaatkan limbah rumah tangga seperti sayur yang sudah layu, kulit buah-buahan, sekam padi, air cucian beras dan kotoran hewan.
Kegiatan program kerja pembuatan PORASI mengatakan bahwa pembuatan PORASI padat/kering didasari oleh banyaknya limbah rumah tangga yang tidak dimanfaatkann dengan baik dan mengingat pupuk organik juga memiliki banyak manfaat bagi tanaman, salah satunya menyuburkan tanaman. Ujar Triyani Wulandari selaku ketua pelaksana atau penanggung jawab.
Sosialisasi dan praktik pembuatan PORASI yang dilakukan oleh mahasiwa KKN Kebangsaan & Bersama dilaksanakan di Balai Desa Pangkoh Hilir bersama ibu-ibu PKK. "Selain guna memanfaatkan limbah rumah tangga agar tidak terbuang sia-sia, tentunya dengan adanya pupuk organik ini ibu-ibu dapat bercocok tanam sendiri di halamana rumah, seperti menanam sayuran untuk kebutuhan pribadi, dapat juga diaplikasikan pada bunga atau tanaman lainnya" Ujar Triyani dalam sosialisasi tersebut.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Pangkoh Hilir Bapak Ampung, mengatakan bahwa dirinya sangat antusias dan menyambut baik adanya program kerja ini. Bapak Ampung mengatakan bahwasanya karakteristik bertani masyarakat Pangkoh Hilir ialah nomaden dalam bertanam, seperti jika tidak berhasil menanam sayur, maka mereka akan mencoba menanam tanaman lain. Hal tersebut yang menjadi  ketidakkonsistensian dalam bercocok tanam sebelum mendapatkan hasil sehingga presentasi kegagalan dalam bercocok tanam lebih besar dari pada keberhasilan. Dengan adanya pembutan porasi ini, Bapak Ampung berharap warga desa bisa lebih konsisten dalam bercocok tanam dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Penulis : Triyani Wulandari & Alfiyah
Editor : Juhriyansah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H