“ Makasih, untuk apa ?” bingung Raden.
“ karena kamu keinginan ku terwujud“ tutur Aulia.
Raden hanya tersenyum sembari mengangguk, lantas ia pamit pergi sebentar, Aulia hanya diam menunggu tanpa memedulikan Raden yang pergi entah kemana.
Tak selang berapa lama, Raden datang dengan membawa buket mawar merah, sontak hal itu membuat Aulia tersipu malu. Bukan satu atau dua kali Raden memberi bunga kepadanya, tapi setiap kali Raden berkunjung ke rumahnya tak lupa dari makanan dan bunga mawar merah. Menurutnya, bunga mawar merah itu sebagai lambang dari cintanya, begitulah kira-kira setiap kali ku tanya. Sampai suatu ketika, Raden berkunjung ke rumah Aulia dan di sambut langsung oleh orang tua Aulia. Ia meminta izin kepada orang tua Aulia untuk melamarnya sekaligus berpamitan pulang kampung guna untuk menjemput orang tuanya, dan ia juga bilang akan datang lagi bersama kedua orang tuanya, tak lupa buket mawar merah yang selalu ia bawa untuk Aulia.
“ Aku pamit ya, Malam Senin aku kesini lagi “ ucap Raden seraya mencium kening Aulia.
“ Hati-hati !”
“ Oh iya, bunganya di simpan ya, nanti aku bawa lagi setelah kembali kesini” janji Raden, Aulia hanya mengangguk tersenyum.
Tanpa di sangka ternyata malam itu merupakan malam terakhir mereka bertemu. Kapal yang di tumpangi Raden mengalami kerusakan di bagian mesin yang menyebabkan mesin mati dan tenggelam. Aulia sangat terpukul, ternyata perintah untuk menjaga bunga yang Raden berikan adalah sebagai bunga terakhir
Debur ombak di bawah langit senja
Mengantarkan rasa yang sempat tak terucap.