Jika kita melilihat pada rezim pemerintahan Soeharto yang sangat bepihak kepada pemodal asing, yang mungkin hingga sampai saat ini, hutang Indonesia dan masa kontrak mereka (orang-orang asing) terhadap sumber daya yang ada di tanah air Indonesia ini masih ada sisanya. Pada masa rezim Soeharto berkuasa di Negara Indonesia ini berbagai pujian yang telah dilontarkan pada saat pemerintahaan Soeharta oleh masyarakat minoritas yang kurang mampu dalam memprediksi kinerja Soeharto. Karena pada saat pula Soeharto dinilai sebagai pemimpin yang memberikan kesejahteraan bagi rakyat indonesia. Di samping itu, untuk mensejahterakan rakyat, Soeharto berani menghutang terhadap pihak luar negeri bahkan pada IMF. Dan di samping itu pula kekuasaan sepenuhnya berada di tangan pemerintahan. Sehingga ia bisa memberikan perintah terhadap bawahannya dan berbuat sepenuhnya terhadap apa yang inginkan, tanpa melihat pada generasinya dan pengganti kekuasaannya.
Dan kini masyarakat telah tahu terhadap latar belakag (background) Soeharto yang tidak mementingkan masa depan rakyatnya dan generasinya, sehingga pada akhirnya ia diturunkan dari jabatannya, dikarenakan merekakurang sadar, bahwa mereka duduk diatas kursi sana bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari siapa mereka duduk (yang menjabat sebagai pemempin atau pun parlemen-parlemen) kalau bukan dari rakyat, meskipun pada saat pemerintahan Soeharto tidak dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia sendiri. Akan tetapi tanpa ada persetujuan dari rakyat, dia mungkin tidak duduk di atas kursi. Mereka duduk di atas sana karna atas nama rakyat dan mendapat amanat sekaligus mendapat perwakilan dari rakyat indonesia ini, yang semestinya mereka lebih mementingkan rakyatnya dari pada dirinya (partainya sendiri). Apa mereka pura-pura tidak mendengar terhadap aspirasi rakyatnya yang begitu sangat memerlukan pemimipin yang peduli terhadap rakyatnya,
Apalagi yang pada saat itu pula, rakyat masih mayoritas selalu bergantung pada pemerintah, karna menurut mereka (masyarakat) pemerintah adalah seseorang yang akan membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan, sehingga masyarakat selalu bergantung kepada pemerintah. Karna di mata masyarakat pemerintah adalah seorang praktisi yang telah mendapat amanat dan titipan dari rakyatnya, agar ia betul-betul menjabat sebagai pemimipin yang bisa diandalkan di Negara ini. Oleh karena itu, pemimpin Indonesia jangan melakukan seenaknya atau semena-mena di negeri Indonesia ini, karna properti ini adalah milik kita bersama.
Dan yang sangat ironisnya lagi bagi bangsa Indonesia ini adalah pemimpinnya yang selalu bergantung kepada negara lain, seperti: properti kita yang dijual atau disewakan kepada pemodal-pemodal asing, bahkan bahan-bahan yang ada ditanah air kita disewakan. Sehingga oknum-oknum tersebut berbuat semaunya dinegeri kita ini, karna mereka sudah merasa bebas berbuat apapun dinegeri kita ini, sehingga para oknum asing mengira, bahwa mereka telah diberi kekuasaan oleh pemimpin Indonesia ini. Itulah bentuk dari pemerintahan yang hanya untuk primordial dan individulnya saja.
Kehadiran SBY
Problem besar yang musti dihadapi dan diperangi dalam suatu Negara adalah masalah warisan utang dan kecintaan terhadap produk buatan dalam negerinya sendiri. Meskipun Indonesia sudah beganti-ganti presiden, namun masalah hutang masih terus menjadi kebiasaan bagi presiden Indonesia, dan kecintaan tehadap produk buatan dalam negeri masih belum sepenuhnya dipenuhi oleh pemimpin-pemimpin Indonesia. Yaitu dari pemerintahan Soeharto, BJ.Habibi, Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati Soekarno Putri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat ini ini bisa kita katakan sukses dalam memenuhi dua problem tersebut. yaitu dengan kehadiran SBY hutang Indonesia terhadap Dana Moneter Internasional (IMF) bisa dilunasi sebesar 7.8 milliar dolar AS (2006), yang pada tahun 1998 utang Indonesia kepada IMF sebesar 9.1 milliar dolar AS.
Sejak SBY tampil sebagai presiden Republik Indonesia, presiden SBY sudah mulai mau keluar dari waris-mewariskan utang terhadap pemimpin selanjutnya, dan SBY kini sudah sangat mendukung terhadap produk-produk buatan dalam negerinya sendiri. Hal ini berbeda dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya yang terus-menerus melakukan warisan utang bagi pemimpin penggantinya.
Dari segi produk dalam negeri, SBY sangat mendukung penuh terhadap produk buatan dalam negeri. Karena dengan adanya produk dalam negeri lah yang menjadi salah satu faktor utama tumbuhnya ekonomi nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H