Mayoritas dari pengguna media tersebut berada pada rentang usia yang relatif muda yaitu15th-20th, 21th-30th, dan 31th-40th. Kemudian peneliti mau melihat bagaimana trustworthinessatau siapa pihak yang punya tingkat kepercayaan atau tingkat kebenaran dari suatu berita. Televisi dan print mediabagi sebagian besar responden menjadi pilihan utama untuk sumber informasi, namun di sisi lain, media sosial dan online mediajuga menjadi sumber informasi yang lebih dipercaya dibandingkan media yang lain.
      Melalui penelitian ini, jika kita ingin menyasar orang-orang, audiens, atau media useryang paling rentan untuk terkena terpaan fake news,membaca fake news,bahkan mendistribusikan fake news,maka kita harus melihat rangeusia yang didapatkan tersebut.
 Ternyata berdasarkan usia, oang-orang yang rentan tekena terpaan fake newsberada pada kategori usia mahasiswa atau profesional muda. Usia ini merupakan usia yang krusial karena tergolong dalam usia produktif dan paling banyak menyumbang dalam perekonomian. Hasil penelitian ini menjadi dasar yang kuat bagi peneliti untuk melakukan literasi media pada pihak-pihak yang masih rentan terkena terpaan, membaca, dan mendistribusikan fake news.Â
Saat ini program literasi media masih dalam perancangan oleh peneliti untuk kemudian dilakukan di Semarang. Sungguh menarik melihat hasil penelitian ini bahwa yang sehari-harinya hidup bergelar akademisi pun ternyata masih rentan terhadap fake news.Melalui program literasi media, semoga penyebarluasan fake newsdapat diminimalisasi dan menambah wawasan serta sikap kritis seluruh konsumen berita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H