Rasul Paulus memberi pesan kepada gereja di Roma agar mereka mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (Roma 14: 19). Paulus mendorong supaya manusia berupaya menjadi berguna, jangan malah jadi batu sandungan.
Tampaknya yang terjadi dalam fenomena demi konten itu menunjukkan hal yang bertolak belakang dengan nasihat Paulus. Jika demikian dan jika fenomena yang disebut di atas memang terjadi dalam rangka aktualisasi diri, artinya mereka gagal mengaktualisasikan diri dengan baik?Â
Mereka hanya sekadar cari perhatian dan pengakuan. Jumlah like, viewers, dan subscriber menjadi tolok ukurnya. Cuan menjadi bonus barangkali (atau tujuan sesungguhnya?). Itupun dengan cara yang tidak elok, tidak etis, dan tidak benar. Aksi demi konten yang mereka lakukan nyatanya memberikan dampak buruk bagi banyak pihak baik diri sendiri, masyarakat, dan bahkan alam.
Meski begitu, fenomena demi konten ini bisa jadi akan terus berlanjut dengan model yang berbeda. Orang banyak yang menonton dan menganggapnya hiburan meskipun tidak sedikit yang mengutuknya. Artinya aksi demi konten seperti itu punya pasarnya sendiri.Â
Fenomena demi konten akan terus ada selama ruang-ruang digital ada dalam kehidupan ini. Menutup atau membatasi ruang-ruang digital tentu tidak menjadi solusi. Melakukannya menurut hemat saya berarti sama saja dengan memundurkan peradaban.Â
Oleh karena itu kita perlu terus merenungkan dalam-dalam fenomena ini supaya tidak terus berulang. Solusinya barangkali ada di diri manusia sendiri. Sejauh mana kita mau menghasilkan karya yang benar-benar berguna? Sejauh mana kita mau membangun masyarakat yang lebih apresiatif terhadap hal-hal yang berguna.Â
Kita perlu juga membekali para remaja supaya bisa belajar dari fenomena yang sudah ada. Menurut riset, kalangan remaja merupakan pengakses atau pengguna internet terbesar di Indonesia. Cukup banyak anak-anak muda yang menjadi content creator di berbagai platform media sosial.
Pak Andar Ismail dalam buku Seri Selamat terakhirnya "Selamat Berguna" mengingatkan bahwa kita perlu terus belajar untuk menjadi orang yang berguna. Menjadi orang yang berguna ternyata tak semudah yang kita pikir. Semoga setiap orang yang mendaku sebagai content creator atau setidaknya yang mencoba peruntungan di dunia digital bisa menjadi individu yang berguna dengan menyajikan konten yang berguna namun tetap dapat menghibur dan memikat hati.Â
Kita, yang menikmati konten-konten digital juga ikut menciptakan pasar yang menagih konten-konten berguna. Kalau bisa ikutlah mengisi ruang-ruang digital dengan konten-konten yang berguna sebagai salah satu wujud aktualisasi diri. Jika kembali pada pesan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma,
kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam membangun kehidupan masyarakat yang damai sejahtera dengan berbagai hal baik dan berguna yang bisa kita berikan. Untuk anak-anak muda yang berkecimpung di dunia digital atau yang berminat mencoba atau yang aktif berjejaring sosial di ruang-ruang digital, pesan Paulus ini penting untuk diingat.Â
Sederhananya, ayo kita gempur ruang-ruang digital dengan konten-konten yang positif dan berguna. Ayo aktualisasikan dirimu melalui karya yang bermanfaat bagi banyak orang!