“Makanan bisa menyelamatkan walau revolusi belum selesai.” - Soekarno
Ibukota menawarkan sejuta ragam kuliner mulai dari restoran barat, china, prancis, itali, thailand bahkan restoran korea sekarang sudah mulai marak di Indonesia. Sangat mudah kita temukan tempat-tempat nongkrong seperti itu. Ditambah lagi dengan fenomena masyarakat sekarang yang sudah mulai terobsesi dengan menggungah foto makanan dan minuman ke dalam akun sosial media. Membuat dunia kuliner seolah bukan lagi memanjakan lidah tetapi mata.
Bagaimana dengan masakan Indonesia?
Apakah kuliner Indonesia sudah miskin ide?
Ungkapan ini sontak pudar ketika penulis melihat seorang guru berdiri diatas panggung menerima penghargaan kemenangannya sebagai juara pertama lomba kuliner nusantara tingkat nasional. Ya.. Saat ini sedang berlangsung Lomba Masak Makanan dan Minuman Khas Daerah di Pameran Pangan Nusa dan Pameran Produk Dalam Negeri (PPN PPDN), Jambi yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan (4/8).
Sudah 1 (satu) dekade Kemendag menggelar pameran ini dimulai dari tahun 2006 sampai tahun 2016, secara konsisten meningkatkan akses pasar dan daya saing sekaligus memupuk cinta dan bangga produk dalam negeri. Tahun ini terdapat 111 gerai diantaranya 56 stan PPN, 55 stan PPDN, dam 14 stan lainnya yang digunakan untuk promosi produk kuliner khas Jambi.
Ruang perlombaan masak terletak dari sebelah masjid di gedung walikota Jambi. Ada 20 meja yang disusun rapi dalam ruangan, di setiap meja terdapat nomor, kota dan nama dari setiap masakan yang disajikan. Sungguh pemandangan yang jarang sekali terlihat. Keanekaragam makanan dan minuman daerah Indonesia hari ini dapat dinikmati dalam satu ruangan.
Di Meja no 2, berdiri empat orang anak yang sedang bercengkrama menggunakan kemeja putih persis seperti kostum yang dipakai chef restauran ternama. Sambil tertawa mereka asik berfoto bersama mengabadikan keseruan pada hari ini. Pemandangan ini sangat menarik perhatian karena ditengah peserta yang kebanyakan adalah perkumpulan DWP ataupun PKK muncul anak – anak muda yang mau hadir di lomba masak tersebut.
Ternyata meja itu adalah masakan dari guru SMK Negeri 4, Jambi. Hidangan tersaji rapi dengan hiasan menambah daya tarik dan selera pengunjung. Namanya Ibu Yatmarini dan Ibu Olensia, mereka adalah guru tata boga dari ke empat anak tersebut. Dijuluki sebagai SMK kuliner, Ibu Walikota Jambi melakukan penunjukkan langsung kepada sekolah tersebut untuk ikut menyajikan masakan khas Jambi bersama 12 provinsi lainnya.
Setelah berunding dengan guru tata boga lain di SMK tersebut, hindangan yang dipilih sebagai makanan pokok adalah Sawut Singkong Jagung. Berbeda dengan peserta lain yang kebanyakan menyajikan nasi. Menu yang disediakan lainnya adalah Daging Golong Orang Kayo Itam, Gulai Terjun Batanghari, Sambel Pete, Sambel Matah, Engkak Ketan Golong, Sari Pinang Masak, Jus Layer dan Teh Rosella.
Ungkapan sederhana yang dikatakan oleh Ibu guru sembari melihat ke arah murid-muridnya. Pada prinsipnya semua peserta melakukan yang hal yang sama menyajikan masakan daerahnya namun yang berbeda bagaimana kreasi dan inovasi. Salah satu yang menjadi menjadi daya tarik adalah mereka memperkenalkan makanan pokok di luar beras.
Disini diajarkan untuk tetap membudidayakan rasa kuliner nusantara dengan lebih “mem-pop” kan tampilan saat disajikan. Sehingga nantinya apa yang dimasak akan berbeda dengan restaurant atau hotel yang rata-rata menyajikan menu yang relatif monoton. Murid-murid yang ikut menyaksikan diharapkan setelah lulus mencontohkan prestasi dan kreasi yang telah dilakukan oleh guru mereka ini.
Mungkin pesan dari guru tersebut terdengar sederhana, tetapi yang dikatakannya teraplikasikan melalui masakan modifikasi dari engkak yang biasanya dipotong namun digulung membuat orang terkejut saat memakannya serta jus layer dimana dalam 1 gelas terdapat layer dari wortel, sirsak, nanas, dan buah naga.
Penulis melihat bahwa apa yang disampaikan dapat menjawab fenomena yang terjadi sekarang ini. Bukan saja dari rasa, tetapi dari tampilan dan warna yang disajikan memanjakan mata dan bisa di pamerkan di media sosial. Sehingga ini menjadi satu potensi baru dalam mempromosikan kuliner nusantara yang populer. Pantas jika SMK ini mendapatkan peringkat pertama pada lomba ini.
Hal ini sejalan dengan tujuan Pameran PPN PDN diselenggarakan untuk memotivasi generasi muda agar dapat meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap produk dalam negeri melalui visualisasi, serta peragaan produk-produk unggulan nasional yang berkualitas baik itu potensi makanan daerah ataupun potensi sumber daya lainnya.
Potensi sumber daya alam di daerah yang belum diolah bisa lebih dikembangkan sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah. Dengan demikian, wirausaha baru yang kompeten juga bisa bertumbuh dan tercipta lapangan pekerjaan serta dapat memajukan Indonesia nantinya.
Seperti kata Soekarno, revolusi belum selesai, sampai sekarang pun belum, namun kita tidak perlu takut tergerus selama masih mengembangkan Indonesia, salah satunya melalui makanan. Diharapkan kedepannya dapat membuat program-program lainnya yang dapat ikut menggerakan potensi dan memicu rasa bangga dan cinta terhadap produk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H