Ciptakan suasana yang menggugah semangat dalam bekerja seperti mencoba sesuatu yang baru, merubah penampilan dalam hal berbusana, merubah style rambut dan membuat acara kumpul-kumpul yang seru after office hour.Â
- mencintai pekerjaan yang kita lakukan
Mencintai apa yang kita lakukan, karena yang kita lakukan selain untuk diri kita sendiri tentunya untuk keluarga kita juga yang menunggu dirumah. Lingkungan pekerjaan mendukung apa yang kita lakukan dan mengambil challenge yang ada dalam pekerjaan kita.
- selalu bersyukur
Bersyukur tentang hal kita memiliki pekerjaan, dimana masih banyak pengangguran dinegara kita ini. he..he..
Apa yang saya jabarkan diatas adalah opini saya pribadi dimana saya pernah mengalami lebih dari hal-hal yang sebutkan sebelumnya, sekitar 5 tahun sebelumnya dimana diri saya seperti kalah dengan keadaan, ingin berhenti, menyerah dalam suatu keadaan dan merasa tidak mampu. Apa yang saya alami umumnya dikenal dengan stress, namun saat saya mengalaminya orang yang pertama mengetahui adalah atasan saya. Atasan saya bukan merupakan seorang psikolog, namun olehnya saya diberi kata-kata ampuh(re: wejangan) yang membuat diri saya bisa move-on atau keluar dari masa-masa itu.Â
Cukup lama saya merasakan yang namanya "demotivasi" sebuah kata yang tidak pernah saya dengarkan sebelumnya. Sebuah kata yang membuat kita tak memiliki arah, tujuan, semangat, yang membuat kita tidak memiliki gairah dalam suatu hal.Â
Disini saya merasakan arti kekeluargaan dalam Bank OCBC NISP tidak melihat siapa atau latar belakang kita, bila karyawan merasakan hal yang tidak semestinya tentunya orang terdekatlah(selain keluarga) yang mampu mendukung, menyokong, memberi masukan atau apapun itu yang membuat kita lebih baik lagi. Olehnya saya harus berani menceritakan apa yang menjadi keluh kesah saya. Beliau memberikan input yang membuat saya berani untuk berekspresi hingga merubah mindset saya.
Sebelumnya, saya adalah tanpa basic pekerjaan apapun, pendidikan yang hanya lulusan SMA hingga mendapat beasiswa dari Bank OCBC NISP pada tahun 2010 dan tidak pernah mengenal dunia profesional hingga sekarang menjadi seorang penilai agunan debitur yang harus menuntut saya untuk cakap dalam menilai agunan dengan prinsip kehati-hatian. Setelah sebelumnya dari awal bekerja diterima sebagai frontliner mencoba melamar menjadi supervisor cabang namun tidak pernah berhasil, membuat saya tidak berhenti mencoba hal baru untuk mengupgrade kemampuan saya karena tumbuh tidak melulu harus keatas.Â
Yudha I. Prestha (47073)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H