Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Guru Blogger Membangun Jembatan Silaturahmi

12 Mei 2023   07:55 Diperbarui: 12 Mei 2023   07:49 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyambung rasa, begitulah saya memaknai aktifitas menulis saya belakangan ini. Menghubungi alumni dan bicara hal-hal sederhana yang sedang mereka jalani. Kisah mereka, singkat saya tulis dan jadi konten blog. Dengan begitu, saya merasa terhubung. Ternyata ini bisa menjadi alternatif lain bersilaturahmi. Mengenal kembali mereka menggunakan pendekatan yang berbeda. Mengasikkan juga ternyata.

Sebelum menulis tentang para alumni, saya menulis sedikit kisah tentang teman-teman semasa kuliah. Ternyata saya memiliki masa yang sangat indah bersama mereka, persahabatan saya kala itu benar-benar produktif, meski kami berbeda. Jadilah tulisan yang saya beri judul ; Cara Sederhana Membuat Persahabatan Menjadi Produktif.

Kami tidak pernah berpikir mengarahkan persahabatan kami saat itu menjadi demikian. Tetapi semuanya mengalir dengan sendirinya, karena berbagai perangai orang-orang yang ada dalam persahabatan kami itu. Meski kami menemukan fakta bahwa karakter kami berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi ada satu hal yang ternyata bisa membuat kami membangun sinergi. Ingin tahu apa itu? Anda bisa baca kontennya disini.

Pengalaman menulis tentang sahabat, membuat saya berpikir menulis tentang kisah perjalanan mereka yang dulu pernah menjadi murid saya. Konon katanya, kebanggaan seorang guru adalah mendengar anak didiknya berhasil. Ini bukan soal jabatan yang saat ini mereka duduki atau seberapa banyak uang yang telah mereka hasilkan, sama sekali bukan. Tetapi tentang bagaimana mereka menemukan jalan hidup mereka.

Melalui berbagai perangkat saya coba kontak mereka. Ketika saya ungkapkan keinginan saya, respon mereka positif. Saya jadi terharu, mengingat kesibukan mereka masing-masing. Mulailah saya membuka obrolan dengan mereka. Target saya, tahun ini bisa mengkisahkan setidaknya 100 alumni.

Kisah saya awali dari pengalaman Handrio Nurhan. Pemain teater sekolah yang mengejutkan saya dengan pemikiran-pemikiran uniknya. Ternyata, ia menuruti kata hatinya, mengambil studi yang jarang sekali dipilih oleh siswa-siswa tempat saya mengajar, yaitu filsafat dan antropologi. Kisah  Handrio ini saya beri judul ; Belajar Keseimbangan Hidup dari Seorang Perantau.

Selepas itu, saya menemui Alice, pernah jadi anak wali. Hobinya basket, yang nekat sampai detik akhir tidak mendaftar ke universitas manapun, jika tidak ke Jerman. Jadilah ia menimba ilmu ke sana, melalui obrolan kami, saya baru tahu pengaruh film Habibie dan Ainun turut mempengaruhi pilihannya. Jadilah tulisan berikutnya ; Tergoda Habibie dan Ainun, Alice Rela Hidup Sendiri di Jerman. Sebuah kisah yang menurut saya menyentuh. Coba deh Anda nikmati kisahnya disini.

Dua kisah, lumayan saya pikir, ternyata  pengalaman menulis ini membangunkan semangat saya untuk terus lanjut. Ketemulah saya dengan Blessdy Clementine, mantan aktifis semasa SMA, yaitu ketua OSIS. Ternyata idealismenya belum berubah, ia ingin menjadi pribadi yang berdampak. Kali ini ia wujudkan mimpinya itu lewat social interprise yang ia dirikan. Kisahnya saya ungkap lewat tulisan ; Jalan Panjang Pemberdayaan Petani Kopi, Catatan Seorang Blessdy Clementine.

Saya pikir, ini bisa menjadi salah satu warna dalam perjalanan  menulis. Selain menjaga kontinyuitas dalam dunia tulis menulis, karena bahan tulisan yang terus ada, juga sarana bagi saya untuk beranjangsana dengan mereka yang dulu pernah jadi murid saya. Tidak perlu menunggu mereka reunian untuk bertanya kabar. Trimakasih sahabat dan teman-teman alumni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun