Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kekuatan Masyarakat Sipil Anti-perang dalam Konflik Rusia-Ukraina

28 Februari 2022   07:13 Diperbarui: 28 Februari 2022   18:32 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang memegang poster di depan Gerbang Brandenburg yang menyala dengan warna bendera Ukraina selama protes anti-perang, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina, di Berlin, Jerman, Kamis (24/2/2022).  (REUTERS/Christian Mang via kompas.com)

Apapun alasannya, Perang Rusia -- Ukraina adalah fakta. Masing-masing pihak memiliki argumen.  Rusia  terancam, melalui kehadiran NATO di Ukraina, seandainya hal tersebut nantinya benar terjadi. 

Sementara bagi Ukraina, perang adalah upaya mempertahankan diri atas "invasi" Rusia, yang  sebagian negara masih galau menyebutnya sebagai invasi.

Apapun alasannya, kerusakan telah terjadi di banyak tempat di Ukraina. Sebagai medan pertempuran berlangsung.  Warga dunia, menyaksikan apa yang terjadi dari beragam sudut pandang. Kamera ponsel warga Ukraina, CCTV gedung, dan media lain,  yang diunggah ke dunia maya.

Semuanya tampil seolah alami, apa adanya. Tanpa rambu-rambu jurnalistik.  Sehingga apa yang terjadi di sana, terasa dekat dari tempat ini, atau belahan dunia manapun. Layaknya gossip antar warga.

Rasa takut dan heroiknya warga Ukraina tertangkap kamera  warga, natural. Tank Rusia, dihadang hanya menggunakan bom Molotov. Pun, parade militer Rusia dan pendukungnya yang menggetarkan. Termasuk bagaimana kesabaran tentara Rusia menghadapi warga sipil Ukraina.

Semua itu jelas menimbulkan banyak rasa. Marah, sedih,  kecewa, bangga, decak kagum, dan masih banyak yang lainnya. Mewarnai perasaan masyarakat dari belahan dunia yang berbeda.

Ternyata, kini perang bukan hanya murni milik penguasa, melalui deklarasi yang mereka buat. Masyarakat sipil punya caranya sendiri untuk bersikap. Meski berbeda dengan sikap negaranya. Dulu mungkin ada, tetapi gerakannya akan mudah terbungkam. Tetapi saat ini, barangkali melawan kekuatan sipil yang menembus batas-batas negara, tidak mudah.

Mereka berkoalisi atas dasar solidaritas tanpa memandang SARA.  Murni atas dasar kemanusiaan. Bahkan mungkin kekuatannya lebih besar dari kekuatan pihak-pihak yang sedang bertempur.

Sehingga salah bersikap dan memposisikan diri, akan berdampak buruk dan merugikan. Karena simpati warga dunia pasti akan mengalir bagi  pihak yang tertindas.

 Munculnya Demontrasi Anti Perang di Kota-Kota Besar Rusia

Setidaknya hal ini sudah terlihat. Tidak butuh waktu lama, pasca serangan Rusia, warga anti perang Rusia, memprotes tindakan pemerintahnya. Bahkan terjadi di banyak kota besar di Rusia. 

Angka dari mereka yang diamankan mencapai ribuan, ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya sikap pemerintah Rusia di dukung rakyatnya sendiri. 

Ini belum  termasuk yang tidak setuju, tetapi tidak melakukan aksi protes. Karena mereka masih bisa bersikap di dunia maya. Bahkan juga muncul poster yang menyamakan Putin dengan Hitler.

Meski pasca penangkapan, gerakan protes sepertinya mereda, namun bukan tidak mungkin gerakan mereka ini sedang menunggu momentum. Bagaimanapun, rakyat Rusia-lah yang nantinya akan menanggung beban perang. Setuju atau bahkan tidak setuju pada pilihan yang diambil pemerintahnya.

Gerakan warga Rusia ini akan merepotkan bagi pemerintah, setidaknya ketika mereka keliru dalam menanggapi protes. Misalnya melalui penangkapan dan intimidasi. Karena, para pemrotes, di zaman ini punya akses langsung pada warga dunia lainnya. Dan warga dunia lainnya bisa menilai apa yang terjadi, tanpa perlu menunggu pernyataan resmi pemerintah negaranya. 

Protes serupa kemungkinan besar meluas, termasuk di negara-negara sekutu Rusia sendiri. Bahkan pengumpulan donasi terkait  isu stop perang sudah berlangsung. 

Sejarah sudah membuktikan kejatuhan rezim, diawali oleh gerakan-gerakan serupa yang tak terbendung.

Deklarasi Perang oleh Peretas Anonymous terhadap Rusia

Belakangan, media banyak menyebut jika komunitas peretas Anonymous, yang memiliki jutaan anggota di seluruh dunia, juga mendeklarasikan perang terhadap Rusia. 

Meski masing-masing punya sikap independen, namun pernyataan dari kelompok ini bisa berdampak buruk bagi dunia cyber Rusia. 

Termasuk dapat mengancam teknologi kemiliteran mereka. Meski saya meyakini bahwa sistem kemiliteran Rusia sebagai salah satu yang terbaik di dunia sudah memperhitungkan hal tersebut.

Beberapa media nasional melaporkan bahwa faktanya mereka telah berhasil meretas situs-situs pemerintahan Rusia, bahkan mengganggu siaran televisi mereka. 

Ini tentu  saja akan berdampak bagi kemungkinan terjadinya distorsi informasi di kalangan masyarakat Rusia. Menjadi hal yang tidak menguntungkan bagi pemerintah Rusia dalam membangun komunikasi dengan masyarakatnya, padahal dalam situasi krisis saat ini, hal tersebut sangat diperlukan.

Saya yakin, masih banyak lagi yang dapat dan sudah dilakukan oleh masyarakt sipil dalam menyikapi perang Rusia- Ukraina. Meski sebagian gerakan anti perang lebih menyoroti sikap Rusia, yang memang lebih siap perang, termasuk para pelaku ekonomi. 

Mereka dapat membuat saham-saham yang terafiliasi dengan Rusia anjlok. Meski itu juga dampak dari banyaknya sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia. Padahal perang membutuhkan dana yang tidak murah. Belum lagi jika ekonomi terganggu, dapat berimbas pada ketidakpuasan rakyat.

Artinya, kekuatan masyarakat sipil anti perang saat ini, bisa menjadi kekuatan riil dalam mencegah terjadinya kerusakan lebih besar akibat perang. Mengalir menembus batas. Meski barangkali jalannya agak sedikit perlahan.  

Semoga mereka lekas berdamai, sebelum lebih banyak lagi yang akan berantakan dari kedua belah pihak. Bukan tidak mungkin, bagi kita juga kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun