Setidaknya hal ini sudah terlihat. Tidak butuh waktu lama, pasca serangan Rusia, warga anti perang Rusia, memprotes tindakan pemerintahnya. Bahkan terjadi di banyak kota besar di Rusia.Â
Angka dari mereka yang diamankan mencapai ribuan, ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya sikap pemerintah Rusia di dukung rakyatnya sendiri.Â
Ini belum  termasuk yang tidak setuju, tetapi tidak melakukan aksi protes. Karena mereka masih bisa bersikap di dunia maya. Bahkan juga muncul poster yang menyamakan Putin dengan Hitler.
Meski pasca penangkapan, gerakan protes sepertinya mereda, namun bukan tidak mungkin gerakan mereka ini sedang menunggu momentum. Bagaimanapun, rakyat Rusia-lah yang nantinya akan menanggung beban perang. Setuju atau bahkan tidak setuju pada pilihan yang diambil pemerintahnya.
Gerakan warga Rusia ini akan merepotkan bagi pemerintah, setidaknya ketika mereka keliru dalam menanggapi protes. Misalnya melalui penangkapan dan intimidasi. Karena, para pemrotes, di zaman ini punya akses langsung pada warga dunia lainnya. Dan warga dunia lainnya bisa menilai apa yang terjadi, tanpa perlu menunggu pernyataan resmi pemerintah negaranya.Â
Protes serupa kemungkinan besar meluas, termasuk di negara-negara sekutu Rusia sendiri. Bahkan pengumpulan donasi terkait  isu stop perang sudah berlangsung.Â
Sejarah sudah membuktikan kejatuhan rezim, diawali oleh gerakan-gerakan serupa yang tak terbendung.
Deklarasi Perang oleh Peretas Anonymous terhadap Rusia
Belakangan, media banyak menyebut jika komunitas peretas Anonymous, yang memiliki jutaan anggota di seluruh dunia, juga mendeklarasikan perang terhadap Rusia.Â
Meski masing-masing punya sikap independen, namun pernyataan dari kelompok ini bisa berdampak buruk bagi dunia cyber Rusia.Â
Termasuk dapat mengancam teknologi kemiliteran mereka. Meski saya meyakini bahwa sistem kemiliteran Rusia sebagai salah satu yang terbaik di dunia sudah memperhitungkan hal tersebut.