Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertindak dan Berpikir "Remeh Temeh" untuk Menyelesaikan Hal Besar, Mengapa Tidak!

13 Januari 2021   08:41 Diperbarui: 13 Januari 2021   09:12 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memutuskan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu, kadang bukan perkara mudah. Apalagi jika kita merasa terjebak dalam tumpukan pekerjaan. Alih-alih mencicil, yang ada justru hal tersebut menjadi tekanan yang berat dan membuat kita justru tidak melakukan apa-apa.

Mendengar atau membaca hal-hal yang berhubungan dengan motivasi, sebenarnya kita hanya perlu beberapa langkah untuk mengurainya. Lantas membuat skala prioritas. Mudah, tetapi  apa benar sesederhana itu? 

Bagi saya, ini jelas bukan hal  mudah. Bahkan karena lilitannya sangat rumit, Ketika akan mengurai saja, butuh energi yang tidak sedikit. Apalagi ke Langkah berikutnya, membuat skala prioritas.

Tetapi membiarkan saja dan berharap waktu menyelesaikan semuanya, yang ada justru kita akan semakin tenggelam ke dalam kedalaman yang tidak kita ketahui dasarnya seperti apa. Pastinya semakin rumit, dan akan semakin sulit untuk memulai.

Pada konteks seperti ini, adakalanya kita  perlu berhenti melihat semua hal dalam gambaran besar. Berhenti berpikir tentang apa hasilnya pada hal yang kita kerjakan. Tetapi melakukan saja yang kita pikir bisa kita lakukan, sekecil apapun itu.

....

Beberapa waktu lalu Ketika setiap hari saya harus pulang kerja melewati jalan pangkalan jati mengarah ke pondok gede, nyaris setiap sore pula saya harus berjuang dengan kemacetan, di tempat yang sama. Meski begitu, ini adalah akses terbaik. Artinya tidak ada pilihan. Suka atau tidak saya harus melewatinya.

 Untuk mengurangi beban pikiran, seringkali saya hanya melihat tiang-tiang listrik yang terdapat di tengah, pembatas antara dua jalur jalan. Saya mencoba melupakan ujung jalan dimana kemacetan akan berakhir, tetapi menghitung tiang-demi tiang yang dengan sangat perlahan berhasil saya lewati. Ternyata itu dapat membuat pikiran saya jauh lebih ringan.

Seorang teman dalam sebuah diskusi juga pernah mengatakan begini ; jika kita pikir untuk tidak melakukan kesalahan itu adalah hal berat. Karena kita memikirkannya, langsung untung sepanjang hidup kita. 

Tetapi coba deh berpikir, bisa nggak untuk lima menit ke depan? Jika kita bisa melewati lima menit, maka mari kita pikirkan untuk lima menit selanjutnya. 

Jujur pernyataannya ini melekat di kepala saya. Meski saya juga tidak tahu dia mengambil pendapatnya siapa. Karena sebelumnya sepertinya saya juga pernah mendengar sekilas. Poinnya adalah, lakukan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun