"Kecintaan Widyana pada dunia ballet, itulah yang membuat saya berpikir mendirikan studio ballet untuk dia." Begitulah pengakuan Oscar pada saya ketika menceritakan bagaimana mereka memulai usaha bersama.
Keduanya mantan murid saya. Pasangan langka, karena menurut data, hanya sedikit dari mereka yang pacaran di masa SMA bisa berakhir sampai ke jenjang pernikahan. Mereka adalah salah satunya. Sehingga, ikatan yang mereka miliki sudah sangat teruji.
Bagi Oscar Sumarli dan Widyana Susanti, mengisi hari dalam kebersamaan bisa dengan banyak cara. Hal terpenting dari semua itu adalah mengembangkan hubungan yang berkualitas. Termasuk merencanakan dan mengembangkan usaha bersama. Â Hal ini dapat menjadi bagian dari upaya membangun rasa saling pengertian. Karena akan ada banyak peristiwa yang dapat jadi bahan ujian, juga dapat menjadi tali pengikat kebersamaan. Hasil akhirnya, bisa untuk memenuhi kepentingan masa depan kehidupan bersama. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, begitu kata pepatahnya.
Mereka memulai usaha dengan membuka kursus ballet, lukis dan  baca tulis. Ketika itu Oscar baru duduk di semester lima dan Widyana di semester tiga, kampus yang sama. Memulai dari hal-hal yang mereka kuasai. Widyana adalah assisten guru ballet di Marlupi Dance Academy, sementara Oscar pernah beberapa kali memenangi kompetisi menggambar. Prinsipnya ketika merintis usaha tersebut, mereka tidak membebani orang tua. Meski pada tahap selanjutnya, mereka terpaksa harus merelakan mobil kesayangan jadi tambahan modal. Mobil itu juga hasil dari usaha sebelumnya, yang mereka sepakati menyicilnya secara bersama.
"Ketika memulai, saya punya banyak jabatan pak. Owner, office boy, satpam, supir, dan masih banyak lagi." Jelasnya sambal tertawa. Mengingat masa-masa itu. Ketika saya mengundangnya untuk memberi motivasi pada adik-adik almamaternya. Itu semua ia lakukan demi efisiensi. "Apalagi untuk membuka usaha, persaingan di Jakarta ini gila-gilaan. Unik saja, tidak cukup, harus unik ganda." Begitu Oscar menambahi penjelasannya ke saya.
Oleh sebab itu, Oscar dan Widyana berusaha menciptakan keunikan demi keunikan di tempat usahanya yang terletak di kawasan Gunung Sahari. Mendekorasi ruangan kursus dengan Vespa Merah yang nempel di dinding, Â ruang tunggu menggunakan kursi pesawat boeing, dan dinding yang dipenuhi lukisan mural.
Keunikan tersebut ternyata memberinya berkah, tidak hanya orang tua yang ingin mengkursuskan anak-anaknya, tetapi juga media. Mereka meliput usaha pasangan muda tersebut, menjadi promosi tersendiri. Otomatis membuat jumlah siswa mereka bertambah sangat pesat. Ini membuat mereka mengembangkan juga beberapa kursus yang lain. Ini menandakan intuisi  bisnis mereka semakin terasah.
Liputan media, juga mendorong orang-orang datang, belajar pada mereka, bahkan ada yang menginginkan usaha seperti yang mereka kelola. Inilah awal dari  pengembangan usaha mereka secara franchise. Pada akhirnya kursus lukis, Ohayo Drawing School menjadi salah satu andalan dari bisnis yang mereka kembangkan secara waralaba.
 Dari sejak pembukaan cabang pertama, Oscar dan Widyana memiliki komitmen untuk memberikan layanan terbaik, dengan terlibat langsung.  Bahkan Oscar selalu terlibat dalam membuat lukisan mural dari setiap cabang.
Kini buah cinta dan usaha mereka telah membuahkan hasil. Pasangan yang memulai cerita cintanya dari masa SMA itu telah dikaruniai dua orang anak, putra dan putri. Serta berhasil menorehkan prestasi usaha dengan memiliki 175 cabang kursus lukis di bawah bendera Ohayo Drawing School, tersebar di 20 kota di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H