Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menggugat Takdir

10 Mei 2020   08:19 Diperbarui: 10 Mei 2020   08:20 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejayaan yang biasanya dilahirkan karena kemampuan mendominasi, harus berubah menjadi kemampuan bertahan dalam dominasi dan mempengaruhi pendominasi, tanpa kekerasan. Kemerdekaan tanpa peperangan. Menang tanpa ngasorake. Demikian juga dengan pahlawan dan kepahlawanan.

“Kekuatan kisah itu dari konflik Je-de-a, itu sudah takdirnya  !”

Konflik sebagai sebuah takdir? Bumbu agar cerita menjadi seru. No ! Mungkin iya bagi yang lain, tetapi tidak bagiku. Itu bukan takdir ! Itu hasil konstruksi para penulis, yang kita anggap tidak ada persoalan hingga hari ini. 

Kita hanya terbiasa melanjutkan, tanpa ada kemauan mengkritisinya. Mengapa harus konflik yang menjadi kekuatan? Bukan yang lain? Padahal ada begitu banyak pilihan yang dapat diambil. Tidak harus konflik!

Sama halnya dengan konstruksi kenapa perempuan harus berada di rumah dan laki-laki bekerja untuk keluarga. Ini juga hasil konstruksi berpikir manusia. Para pejuang gender mulai berhasil mengubahnya. Kenapa tidak untuk cerita dalam dunia kisah. Harus ada yang memulai.

Kita ingin bahagia, kenapa tidak kita sebarkan virus kebahagiaan. Kita ingin dunia damai sejahtera, jangan lagi bangga pada perang. Tenggelamkan perang dalam dunia tergelapnya. Biarkan ia mati sejak dalam pikiran. Demikian juga penindasan, patah hati dan masih banyak lainnya lagi yang harus kita revisi.

Kini aku bangga, cita-cita itu perlahan mulai menemukan titik terang. Tulisan-tulisanku mulai ada yang membaca. Beberapa perempuan menghubungiku, mengucapkan terima kasih padaku. Ia bisa membuat keluarganya bahagia. Tertawa lepas di meja makan, memuji sang mama, menjadikannnya pahlawan tanpa harus menjadi pemenang di medan pertempuran.

Aku sudah memulai dijalan yang benar dengan perjuanganku meraih mimpi, dengan buku pertamaku; kumpulan resep masakan tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun