Bagi penulis beneran, kerja dari rumah adalah realitas. Jadi tidak usah dipersoalkan, ini adalah bagian dari keseharian. Tetapi bagi penulis yang belum bener seperti saya, yang setiap hari harus beraktifitas di luar rumah, ini adalah anugerah.
Tetapi faktanya, memanfaatkan peluang besar, itu tidak semudah  mengambil kentang goreng saat istri belum selesai memasak. Meski beresiko di pelototin dan terkena cipratan minyak dari sepatula, tapi faktanya saya selalu sukses. Giliran menulis, saya memble !
Saya pernah nonton film, judulnya lupa, apalagi pemainnya, tapi ada satu ungkapan aktornya yang saya ingat.
"Sesuatu yang sulit dicapai, tetapi kita memiliki energi untuk terus berjuang guna mencapainya, itulah passion." Saya jadi ingin meyakini, bahwa bagi saya hal itu adalah menulis.
Saya ingin jadi penulis besar seperti JK Rowling, atau biar nasionalis setidaknya seperti Andrea Hirata. Biar nggak nanggung.
Bertahun tahun saya mengisi kepala saya dengan berjuta hayalan. Tetapi, selalu mampet atau terhenti di tengah jalan atau mungkin malah dipinggirnya, Â ketika coba diuraikan dalam kata-kata. Barangkali, saya kelebihan dosis berkhayal. Tetapi mengabaikan ketahanan diri fokus pada satu alur hayalan. Sebab selalu ada, hayalan-hayalan baru di tengah hayalan yang sedang saya kerjakan.
Meski bukan pemikir tulen, saya coba evaluasi diri. Kontemplasi ada yang menyebutnya begitu, memilih jalan sunyi untuk melakukan introspeksi. Bener nggak sih aku ini ingin menjadi penulis? Hasilnya, diawal tahun saya berhasil menuliskan resolusi. Menyelesaikan buku! Dan saya konsisten mempertahankan resolusi tahun baru itu hingga akhir tahun, tetap sebagai resolusi.
Meski jatuh dan belum bangun-bangun, mimpi menjadi penulis itu terus berdengung di kepala. Sampai akhirnya saya beranikan diri memaksa melalui afirmasi. Siapa tahu hal ini akan membuat saya konsisten menulis dan menghasilkan tulisan. Ini jugalah alasan saya memperkenalkan diri sebagai penulis lepas di beberapa blog dan sosial media. Afirmasi ! Â
Buku, masih menjadi mimpi besar buat saya. Meski diera digital ini, sebenarnya semua serba mudah, bahkan untuk menerbitkan buku sekalipun. Tetapi, lagi-lagi saya masih lebih suka memimpikannya ketimbang mewujudkannya. Naskah buku selalu saja gagal saya tuntaskan.
Barangkali novel atau buku tidak sesuai dengan jiwa saya. Sebab mood menulis saya gampang berubah, menulis satu tulisan harus selesai dalam satu waktu tertentu. Karenanya, saya coba ngeblog dan menulis opini. Lumayan, ada juga yang sempat menghiasi media cetak. Karena fakta langka, tulisan itu saya kliping. Buat menyombongkan diri kelak ke anak cucu.
Kembali ke soal konsistensi membuat tulisan, ternyata tulisan pendek belum sepenuhnya menolong, tetapi saya akui sangat membantu. Soal konsistensi, saya harus banyak belajar pada pak Tjiptadinata dan pak Sus, serta teman-teman kompasianer lain.
Kembali ke soal bekerja dari rumah, ini adalah kesempatan bagi saya. Tetapi apa mau di kata, karena masih sulit mengembangkan gagasan besar, saya mulai dengan uneg-uneg saja dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H