Kenes, begitu saya mendefinisikan prilakunya. Menyenangkan diajak bicara apa saja. Kegagalan, tidak sanggup mematahkan semangatnya. Justru, membuatnya melambung lebih tinggi. Feliana Citradewi, begitu namanya tertera di daftar  penghuni kelas.
Salah satu dari sekian banyak siswa yang saya kagumi. Bukan hanya karena kematangannya menganalisa persoalan ketika debat, tetapi juga saat menjalani hari-harinya. Â Ia juga seorang pemain teater sekolah yang baik, selalu mampu menjalani perannya. Â Memiliki optimisme dan menyukai tantangan.Â
Kepiawaiannya menganalisa persoalan dan berdebat dalam bahasa Inggris, pernah membawanya memenangi kompetisi bergengsi British Council. Menerima hadiah yang disediakan, jalan-jalan keliling Inggris.
Ia suka mengajak saya berdiskusi dengan banyak tema. Sosial, politik, budaya, hingga ke persoalan-persoalan remaja. Khas eranya.
Selepas SMA, Feliana melanjutkan studinya ke Perancis. Sejak itu intensitas diskusi kami berkurang, sesekali saling menyapa lewat Medsos.
Saya senang mendengar ceritanya, juga kecintaannya pada tanah air.
Saat ada hal yang menggembirakan, ia selalu berkabar. Termasuk ketika ia menyelesaikan studi masternya yang ketiga di Perancis dengan cumlaude.
Awalnya ke Perancis belajar bahasa satu tahun. Lantas mengambil S1 hukum. Selesai itu melanjutkan studi double degree, S2 ilmu sosial  politik dan S2 hukum internasional.
Sebagai penyuka tantangan, Feliana mencoba masuk ke universitas bergengsi di Perancis. Karena merupakan sekolah kebanyakan pejabat dan elit politik Perancis, E'cole Nationale D'administration (ENA). Ia menjadi orang Indonesia ketiga, dan perempuan pertama dari Indonesia. Belum cukup, dia juga mengambil studi di Sorbonne, S2 komunikasi politik.