Tulisan pak Tjiptadinata pagi ini menarik. Beliau berbagi cara hidup sehatnya. Diusia menjelang 77 tahun, beliau masih bugar. Â Merawat diri itu murah, yang mahal itu mengobati. Begitu beliau menegaskan dalam tulisannya.
Lantas saya mulai melihat pola hidup saya, setidaknya mulai introspeksilah. Beberapa hal, sudah, bahkan pak Tjip masih kalah sama kebiasaan saya bangun pagi.
Pak Tjip membiasakan diri bangun pagi, beliau menyebut angka jam pada 05.00, sementara saya jam 04.00. Itupun masih harus tergesa, karena 04.30 WIB saya sudah harus berjalan mencari angkutan.
Sebagai warga tetangga ibukota yang merasa jadi orang ibukota, saya diuntungkan oleh ketersediaan angkutan umum yang relatif baik.
Sejak Jokowi jadi gubernur, saya memutuskan diri sebagai pengguna angkutan umum. Meski harus berjalan beberapa ratus meter ke depan komplek. Lantas naik angkutan kota, menuju halte transjakarta terdekat. Pinang Ranti, Jakarta Timur, guna menuju kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Ketergesaan, membuat ada beberapa hal yang sering terlewatkan. Berdiam diri sejenak, bersama anak dan istri untuk mengucap syukur.
Angkutan umum, menjadi ruang "ibadah" istimewa di tengah rutinitas. Ruang kontemplasi, Â berdialog dengan Tuhan. Menjadi ruang sunyi di tengah keriuhan. Apalagi ada banyak waktu di sana, satu hingga satu setengah jam dipagi hari saat berangkat, dua hingga tiga jam di sore hari saat pulang.
Capucino di pagi hari, juga saya nikmati, di ruang guru. Pada 06.15, Â sejenak kami para guru bersama berdoa bersama, memohon kekuatan dan bimbingan Tuhan, agar hari ini berjalan sesuai kehendakNya.
Pada 06.30 WIB, kami sudah harus berdiri di depan kelas. Membagikan energi positif, dari satu ruang ke ruang lainnya. Ada ratusan kepala setiap harinya mencermati apa yang saya sampaikan. Dari pagi hingga menjelang sore. Apa jadinya jika saya sedang tidak berenergi positif?
Sangat terasa dampaknya. Anak-anak, para siswa itu menjadi pantulan energi yang saya pancarkan. Positif yang saya pikirkan dan pancarkan, positif yang kembali pada saya. Demikian juga dengan negatif.
Rutinitas dan beban kerja, memang tidak selalu membuat saya berada pada gelombang energi positif. Adakalanya, saya tenggelam dalam kubangan energi negatif. Badan terasa sakit saat bangun, menjelang berangkat kerja.